PMKRI Minta Elite Parpol Cegah Nafsu Korupsi
Padahal seharusnya, kata dia, elite parpol justru harus menjadi pelopor mengerem nafsu korupsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai politik semakin tidak konsisten terhadap perjuangan rakyat, bahkan parpol mengalami krisis identitas. Keterlibatan pejabat partai dan kader dalam banyak kasus korupsi menunjukkan semakin rendah dan tidak berharganya nilai-nilai kejujuran dan integritas dalam perpolitikan bangsa.
Presidium Gerakan Kemasyarakatan Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI) Melkior Wara Mas mengatakan politisi cenderung berperilaku pragmatisme terhadap kekuasaan dan kekayaan ditandai terjadinya monopoli demi mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Padahal seharusnya, kata dia, elite parpol justru harus menjadi pelopor mengerem nafsu korupsi.
"Sinergitas kerja yang baik diarahkan ke jalur ilegal, pejabat parpol menebar tindakan busuk yang menggerus kepercayaan dan harapan publik bahkan dapat menimbulkan ketegangan sosial," kata Melkior kepada Tribunnews.com, Jakarta, Selasa (14/5/2013).
Dia tegaskan, parpol seharusnya menjaga dan mendidik konstituen dengan pendidikan politik hati nurani, meningkatkan kecerdasan dalam berpikir dan tindakan, mampu keluar dari perilaku korupsi serta mengelolah kepentingan rakyat secara positif.
Konstituen hanya dijadikan peserta pemilu yang pasif, tetapi melupakan jeritan suara konstituen yang menginginkan perubahan.
Perubahan positif akan masa depan warga negara dan bangsa, penuntasan kemisikinan, peningkatan kualitas pendidikan, penegakan hukum dan hak asasi manusia.
Ia mengusulkan agar parpol memelopori prioritas kaderisasi nilai dan kematangan karakter atau emosi yang tidak bernafsu pada kekuasaan dan kekayaan, kecerdasan mengolah kepentingan rakyat demi mencapai keadilan dan kesejahteraan hidup. Masyarakat, partai politik, pemuda, mahasiswa, dan pelajar merupakan satu kesatuan yang utuh, harapan bangsa untuk keadilan dan kesejahteraan bersama.