Ujian Nasional
Korban Kebakaran Ini Tetap Semangat Ikut UN
Anak kedua dari tiga bersaudara yang sudah yatim piatu sejak lebih dari lima tahun lalu, kini tampaknya sedikit lega.

Laporan Wartawan Warta Kota, Budi Sam Law Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ega Ardiansyah (13) berlarian di antara puing-puing rumahnya yang terbakar di kawasan Kampung Pulo, RT 15/03, Kelurahan Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (6/5/2013) sore.
Ia tampak riang bersama beberapa rekan sebayanya. Tak ada lagi tangisannya yang pecah, seperti Minggu (5/5/2013) sore lalu.
Saat itu, Ega menangis menyaksikan tempat tinggal yang ditempati bersama neneknya, Isnawati (50), hangus dilalap api. Buku-buku pelajaran, seragam, tas, dan sepatu sekolahnya menjadi debu.
"Sedih lihat buku-buku sekolah, sama baju seragam kebakar semua," kata Ega saat ditemui Warta Kota (Tribunnews.com Network), Senin (6/5/2013) sore.
Ega merupakan siswa Kelas VI SDN 12 Bukit Duri, Jakarta Selatan. Sehari-hari, ia naik getek alias perahu bambu, untuk menuju sekolahnya di Bukit Duri, di seberang rumahnya di Kampung Pulo.
Anak kedua dari tiga bersaudara yang sudah yatim piatu sejak lebih dari lima tahun lalu, kini tampaknya sedikit lega. Di tengah bencana yang menimpanya, Ega akhirnya bisa mengikuti Ujian Nasional (UN) SD, Senin (6/5/2013) pagi.
Ia berangkat menghadapi UN ditemani neneknya. Ega mengaku mendapat pinjaman baju seragam sekolah dari tetangganya Rajiv.
"Baju dan celana, sama tas, semuanya pinjam. Tapi, enggak pakai sepatu. Pakai sandal jepit ini," tutur Ega menunjukkan sandal jepitnya kepada Warta Kota.
Walau tanpa belajar, Ega mengaku mampu menjawab soal UN mata pelajaran Bahasa Indonesia, Senin pagi.
"Enggak sempat belajar semalam. Tapi bisa kok. Enggak tahu kenapa bisa. Ingat semua jawabannya. Sudah pernah dipelajari di kelas," ungkap Ega.
Di sekolahnya, Ega tergolong anak pintar. Semester lalu, ia berada di ranking IV di sekolahnya. Untuk menghadapi UN mata pelajaran Matematika, Selasa (7/5/2013) pagi, Ega mengaku tidak akan belajar juga.
"Buku-bukunya enggak ada. Paling coba ingat-ingat lagi aja, waktu nanti jawab soal," beber bocah yang bercita-cita menjadi polisi.
Selain ketiadaan buku pelajaran, Ega yang kini berada di Posko Pengungsian di musala di Bukit Duri, mengaku walau tanpa belajar, ia siap menghadapi UN.
"Yakin bisa. Kan pernah dipelajari semua. Tinggal diingat-ingat saja," tegasnya.
Mengenai baju dan celana sekolah, Ega mengaku masih akan mengenakan baju seragam pinjaman dari rekannya, Rajiv. Soal alat tulis, pihak sekolah akan memfasilitasinya.
Agak Trauma
Paman Ega, Novel (30) mengatakan, keponakannya mengenakan seragam sekolah pinjaman tetangga. Ega berangkat ke sekolah untuk mengikuti UN, Senin pagi, diantar neneknya, Isnawati (50), dari tempatnya mengungsi di daerah Bukit Duri, persis di seberang sungai, dari rumahnya.
"Dari kemarin, dia sudah mengungsi di rumah saudara di seberang. Tadi diantar neneknya jam 06.00," cetus Novel.
Menurut Novel, kedua orangtua Ega sudah meninggal dunia sekitar lebih lima tahun lalu. Selama ini Ega tinggal bersama Isnawati, dan dirinya beserta istri di RT 15/03, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur.
Novel mengatakan, Ega sudah menyiapkan diri untuk menghadapi UN. Namun, kebakaran yang terjadi, Minggu sekitar pukul 14.00, membuat Ega sedikit trauma. Buku-buku pelajaran yang menjadi panduannya menghadapi UN, ludes tak tersisa.
"Udah kebakar semua. Habis. Ega jadi sedikit trauma. Lebih banyak bengong. Tadi sebelum ujian, saudara-saudaranya sudah bilang ke dia, jangan mikirin yang di rumah, konsentrasi saja ngerjain ujian," urai Novel.
Imbauan saudaranya cukup berhasil. Senin sore, Ega tampak riang dan mengaku bisa menjawab soal UN mata pelajaran Bahasa Indonesia. (*)