Ibas Mundur dari DPR
Ruhut: Siapapun Ketuanya, Ibas Sekjen
Isu Edhie Baskoro Yudhyono (Ibas) akan menggantikan Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum Demokrat menguat.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Isu Edhie Baskoro Yudhyono (Ibas) akan menggantikan Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum Demokrat menguat. Hal itu dikaitkan dengan mundurnya Ibas sebagai anggota DPR dan ingin fokus menjabat sebagai Sekjen Demokrat.
Politisi Demokrat Ruhut Sitompul mengatakan semua keputusan berada di Majelis Tinggi Demokrat. "Kami belum tahu, jadi ojo kesusu, (jangan terburu-buru)" kata Ruhut di Jakarta, Jumat (15/2/2013).
Anggota Komisi III DPR itu mengatakan Ibas sangat dibutuhkan di Demokrat. Ia pun mengungkapkan saat Kongres di Bandung, akan memilih Ibas sebagai Sekjen siapapun Ketua Umum Demokrta yang terpilih.
"Kemarin juga kalau kongres itu mau Pak Marzuki Alie mau Pak Andi Malarangeng Sekjennya tetap Mas Ibas. Kami sangat membutuhkan beliau," kata Rujut.
Mengenai Rapimnas yang akan diadakan pada 17 Februari 2013 mendatang, Ruhut belum dapat memastikan apakah nantinya dalam acara tersebut diputuskan untuk melakukan restrukturisasi pengurus. Menurut Ruhut keputusan tersebut nantinya diserahkan kepada SBY selaku ketua majelis tinggi Demokrat.
"Apapun keputusan beliau kami siap akan mengamankan," tuturnya.
Mengenai nasib Anas usai Rapimnas nanti, Ruhut mengatakan SBY akan masih memimpin penyelematan Demokrat. Pasalnya, hasil survei Demokrat yang anjlok. Untuk itu, sebagai ikon partai, Ruhut menilai SBY memang harus turun tangan menyelesaikan masalah Demokrat.
"Tapi kan kami juga tetapi mnghormati Anas, beliau juga kan tetap waketum majelis tinggi. Tapi walaupun sebagai ketum pelaksanaannya ya Pak SBY atau tim yang dibentuk SBY tetap kita hormati," katanya.
Ruhut juga belum mengetahui sampai kapan SBY memimpin penyelamatan Demokrat. Menurut Ruhut, SBY tetap dapat melaksanakan tugas tersebut tanpa ada aturan AD/ART yang dilanggar.
Ruhut mengungkapkan hingga kini Demokrat terus waspada akan elektabilitas partai. Ia pun mencontohkan kasus Miranda Goeltom yang melibatkan sejumlah politisi dalam kasus cek pelawat. Hal itu yang membuat elektabilitas partai-partai melorot tajam.
"Kalau ini kejadian di satu parpol menjelang pemilu apa yang terjadi, kami waspada untuk itu, kau sudah ngertilah maksud aku. Pak SBY lah yang nanganin, dan nantinya gimana, kita tunggu. Tetapi kita tetap sayang dengan Anas," tukasnya.