Sabtu, 4 Oktober 2025

Presiden PKS Terlibat Suap

Tidak Ada Parpol yang Imun dengan Korupsi

Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hassan Ishaq, banyak kalangan merasa terperanjat.

Penulis: Rachmat Hidayat
zoom-inlihat foto Tidak Ada  Parpol yang Imun dengan Korupsi
NET
Pengamat komunikasi politik Universitas Indonesia Ari Junaedi

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Pasca penetapan tersangka penyuapan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hassan Ishaq, banyak kalangan merasa terperanjat.

Antara kaget dan tidak percaya, sebab selama ini masyarakat menganggap PKS adalah parpol yang bersih terhadap korupsi.

Pengamat politik yang sekaligus pengajar komunikasi politik di Universitas Indonesia (UI), Ari Junaedi termasuk pihak yang tidak kaget, heran terhadap kasus korupsi di PKS.

Menurutnya, kasus korupsi yang terjadi di PKS ini adalah gambaran umum betapa korupsi tidak lagi mengenal partai ataupun tokoh sekalipun.

"Justru tagline yang selama ini diusung PKS sebagai partai yang memegang amanah, jujur dan bersih seperti menjadi tamparan keras akibat kasus ini. Publik akan mempertanyakan keseriusan dan kesungguhan PKS terhadap pemberantasan korupsi apalagi yang tertangkap rasuah kali ini adalah pucuk pimpinan tertinggi PKS," ujarnya dalam rilisnya kepada Tribun, Kamis (31/1/2012).

Pengajar program pascasarjana di berbagai universitas di berbagai kota ini menambahkan, kasus korupsi yang terjadi di PKS, melengkapi stigma masyarakat terhadap parpol, tidak ada parpol yang kebal atau imun terhadap korupsi.

Parpol, katanya, akan kesulitan menjaring pemilih apalagi pemilih pemula di Pemilu 2014 jika tidak ada yang membedakan parpol terhadap praktek kotor yang bernama korupsi.

"Pendidikan melek korupsi apalagi penyegaran kembali terhadap tujuan berpolitik yang benar tidak lagi harus diberikan kepada generasi muda tetapi juga harus diberikan kepada elit-elit parpol," katanya.

"Mungkin, mereka alpa atau lalai terhadap fatsoen politik, politik yang bermartabat atau jalan lurus dalam politik karena terlalu sibuk dalam politik dagang sapi,"ungkap peraih doktor komunikasi politik berkat penelitiannya terhadap pelarian politik tragedi 1965 di mancanegara ini lagi.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved