Sabtu, 4 Oktober 2025

Neneng Diadili

Nazar Bersikukuh Uang 50 Ribu Dollar Amerika untuk Eks Menakertrans

Nama mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Mennakertran), Erman Suparno kembali muncul dalam persidangan

Penulis: Edwin Firdaus
zoom-inlihat foto Nazar Bersikukuh Uang 50 Ribu Dollar Amerika untuk Eks Menakertrans
TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Terpidana M Nazaruddin (kanan) usai bersaksi dalam sidang istrinya Neneng Sri Wahyuni (tengah) di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Selasa (8/1/2013). Neneng diajukan ke persidangan karena diduga terkait dugaan korupsi PLTS di Kemenakertrans. TRIBUN/DANY PERMANA

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Mennakertran), Erman Suparno kembali muncul dalam persidangan kasus dugaan korupsi proyek PLTS, yang melibatkan Neneng Sri Wahyuni sebagai terdakwanya.

Munculnya nama mantan orang nomor satu di Kemennakertrans itu, berawal dari keterangan M Nazaruddin saat bersaksi untuk Istrinya Neneng di Pengadilan Tidak Pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta, Selasa (8/1/2013).

Dalam kesaksiannya di sidang istrinya, Nazaruddin kerap membantah seluruh kesaksian Saan Mustofpa yang juga pernah bersaksi untuk Neneng pada persidangan sebelumnnya, Kamis (20/12/2012) lalu.

Nazaruddin membantah bahwa kesaksian Saan jika uang 50 ribu dollar Amerika yang sempat diberikan merupakan pinjaman untuk pencalonan legislatif untuk pemilu. Menurut Nazar pernyataan Saan dalam persidangan tak benar.

Uang itu berasal PT Berkah Alam Berlimpah dan PT Anugerah Nusantara. Keduanya merupakan anak perusahaan Permai Group.

"Di kuitansinya (50 ribu dollar) kan ada tulisan titipan. Itu maksudnya titipan untuk Mennakertrans dulu, Erman Suparno. Untuk apa pencalegan," terang Nazaruddin di hadapan Majelis Hakim Tipikor yang diketuai oleh Tati Hardianti.

Uang itu diberikan pada bulan Agustus tahun 2008 karena proyek PLTS akan dilaunching pengerjaannya pada bulan September tahun yang sama. Menurut Nazaruddin pencalegan di Partai Demokrat sudah terjadi pada bulan Juni 2008.

Karena itu, tidak mungkin Saan masih membutuhkan uang untuk pencalegan.

Nazaruddin juga membantah jika uang tersebut telah dikembalikan kepadanya. Meski, Saan sebelumnya di hadapan Hakim dan di bawah sumpah mengaku jika uang pinjaman telah dikembalikan pada Nazaruddin.

Namun, Hakim sempat tidak mempercayai pengakuan Nazaruddin itu.

"Enggak ada dikembalikan," kata Nazaruddin.

Lagi-lagi Nazaruddin juga membantah telah merobek kuitansi terkait pinjaman uang tersebut. Dihadapan majelis hakim, Nazar mengaku tak pernah merobek kuitansi tersebut.

"Enggak ada, saya enggak sobek kuitansinya," aku Nazar.

Nazaruddin menyebut pembicaraan terkait proyek itu ia sudah lakukan di awal bersama Anas Urbaningrum dan Saan Mustopa. Oleh karena itu, Saan kata Nazar, mengetahui persis soal proyek PLTS. Seperti Saan, Nazaruddin juga siap dikonfrontir untuk membuktikan omongannya.

"Uang itu diberikan atas perintah Anas Urbaningrum, bukan saya. Kalau untuk proyek, saya kan harus minta izin mas Anas," ujarnya.

Sebelumnya, Anggota DPR dari Partai Demokrat Saan Mustopa saat bersaksi untuk terdakwa Neneng Sri Wahyuni mengaku pernah ditawari uang oleh M Nazaruddin.

Uang tersebut, lanjut Saan, dimaksudkan Nazar untuk membantu dirinya yang akan mengikuti pemilihan umum legislatif. Khususnya untuk menjadi nomor urut satu calon anggota legislatif dari daerah pemilihan Karawang, Jawa Barat.

Dijelaskan Saan, awalnya dirinya, Nazar, Anas Urbaningrum dan sejumlah rekan-rekan dari Partai Demokrat lain sering berkumpul di kantor Nazar, PT Anugrah Nusantara. Biasanya kebersamaan ini terjadi menjelang akhir pekan.

Pada saat berkumpul pada tanggal 12 Agustus 2008 itu, diskusi mengarah ke pencalonan mereka menjadi anggota legislatif.

Saat pertemuan, Nazar menguraikan ingin membantu Saan menjadi calon legislatif nomor urut satu di daerah pemilihannya. Atas tawaran tersebut, Saan sempat menolaknya. Ia yakin, tanpa embel-embel uang dirinya bisa terpilih dalam pemilu legislatif. Namun, Nazaruddin bersikeras. Uang tersebut rencananya akan diberikan Nazar ke Ketua Umum Partai Demokrat Hadi Utomo di sebuah hotel.

Tapi, karena di hari yang sama Nazar dan Saan tak bertemu Hadi, uang tersebut dibawa kembali oleh Nazar. Alhasil, uang pun tak jadi digunakan. Namun, karena Saan sudah menandatangani kuitansi pinjaman dari Nazar, beberapa waktu kemudian ia menghubungi Nazar.

"Saya tanya, kuitansi bagaimana, katanya (Nazar) akan disobek. Karena teman, saya percaya saja, " kata Saan.

Saan membantah bahwa uang itu dimaksudkan untuk diberikan ke Menakertrans saat itu, Erman Suparno. Berkali-kali ia menegaskan uang tersebut hanya sebuah pinjaman saja. Sementara Erman sebelumnya, juga telah membantah tudingan Nazaruddin itu.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved