Kamis, 2 Oktober 2025

BP Migas Dibubarkan

Maman Sayangkan Langkah Menteri ESDM

Kasus pembubaran BP Migas berpotensi memunculkan kasus baru yang sifatnya berkepanjangan, mengingat melanggar tatanan yang disucikan

Editor: Domu D. Ambarita
zoom-inlihat foto Maman Sayangkan Langkah Menteri ESDM
ISTIMEWA
Kiai Maman Immanulhaq

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembubaran BP Migas berpotensi memunculkan kasus baru yang sifatnya berkepanjangan, tidak mudah akan diselesaikan. Sebab sebagian prosesnya  melanggar tatanan yang disucikan budaya, adat serta agama.

Demikian diungkapkan tokoh pluralisme KH Maman Imanulhaq dalam rilis yang diterima Tribunnews.com Senin (19/11/2012). Maman yang baru pulang dari silaturahmi ke lima ulama besar di Jawa Timur menyesalkan, justru memasuki bulan Muharam yang menjadi penanda Tahun baru Islam 1434 Hijriyah, berbagai kegaduhan itu terjadi.

Puncaknya ditandai putusan Mahkamah Konstitusi membubarkan Badan Pengelola Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas). Bahkan Menteri ESDM Jero Wacik memerintahkan Wakil Menteri Rudy Rubiandini meminta semua pegawai eks BP Migas berkumpul untuk mendapat pengarahan pada tanggal jatuhnya hari suci bagi umat Islam.

"Kementerian ESDM telah melanggar nilai luhur agama Islam serta tatatan, adat Sunda dan Jawa pada Kamis, 15 November 2012 yang merupakan tahun baru Islam," kata tokoh muda kharismatik Jawa Barat ini.

Muharram merupakan momentum perubahan, sebuah semangat untuk melakukan perubahan menuju kehidupan yang semakin baik, indah, dan bermakna. Maka itu,

Ia mengaku heran dan menyesalkan terjadinya kekacauan dan disharmonisasi diantara lembaga-lembaga negara saat ini, " Maman Imanulhaq, Pemimpin Pondok Pesantrean Al Mizan, Majalengka ini, dalam Islam, bulan Muharam identik dengan spirit hijrah Nabi Muhammad. Hijrah mentransformasikan tatanan sosial kemasyarakatan yang mampu mendorong partisipasi rakyat atas dasar kerelaan, keswasembadaan, ketaatan pada hukum, keswadayaan, dan kemandirian.

Sementara dalam pandangan masyarakat Jawa dan Sunda, Sura adalah hari sakral dan keramat. Kesakralan (Kesucian) dan kemuliaan (keramat) Sura terletak prinsip cinta tanpa primordialisme serta komitmen kuat menjadikan spiritualitas energi untuk perubahan, perdamaian serta ketakdziman kepada orang tua dan peninggalan leluhur berupa warisan budaya dan kearifan lokal. Bahkan bagi adat Sunda dan Jawa, selama bulan Sura, semua orang harus menjalani laku keprihatinan dan introspeksi.

"Oleh karena itu, Menteri ESDM disayangkan tidak memahami mengapa orang Sunda dan Jawa selalu melakukan pencucian pusaka pada saat tanggal sakral itu. Kalau dalam laku Suran ada ritual menyucikan "Jimat" (siji sing dirumat: satu yang dirawat), maka pada bulan ini kita harus menyucikan Indonesia," kata Maman.

Indonesia adalah tanah pusaka, yang seharusnya juga dirawat dan dirumat. Apalagi kasus BPMigas terkait dengan kekayaan sumberdaya alam dan menyangkut nilai luhur karena berlatarbelakang nasionalisme. "Semuanya sudah terlanjur," jelas Maman. (tribunnews.com/srihandriatmo malau)


Koran Futuristik dan Elegan
Klik Tribun Jakarta Digital Newspaper

Berita Terkait:


Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved