Kamis, 2 Oktober 2025

Dugaan Korupsi di PLN

Marzuki: Masak Anggaran Rp 37 T untuk Listrik Jakarta Saja?

Ketua DPR Marzuki Alie mempertanyakan alasan Menteri BUMN Dahlan Iskan terkait inefisiensi PT PLN dimasa kepemimpinannya seperti

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-inlihat foto Marzuki: Masak Anggaran Rp 37 T untuk Listrik Jakarta Saja?
net
ilustrasi listrik padam

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPR Marzuki Alie mempertanyakan alasan Menteri BUMN Dahlan Iskan terkait inefisiensi PT PLN dimasa kepemimpinannya seperti terungkap dalam temuan BPK.

Marzuki mempertanyakan pernyataan Dahlan bahwa inefisiensi Rp 37 triliun untuk mencegah aliran listrik Jakarta tidak padam.

"Kebijakan kalau nggak dilakukan listrik Jakarta padam. Jakarta ya nggak seberapa. Rp 37 triliun yah bukan Jakarta saja?" Demikian ditegaskan Marzuki Alie mempertanyakan alasan Dahlan, saat ditemui wartawan usai Upacara Persemanyaman jenasah mendiang anggota Komisi IX, DPR Subagyo Partodiharjo, di Gedung DPR, Jakarta, Sabtu (27/10/2012).

Menurut Marzuki Alie, Dahlan tidak bisa sekedar menyebutkan inefisiensi di tubuh PLN waktu dibawahnya sebesar Rp 37 triliun terjadi karena kebijakan mengamankan listrik Jakarta.

Marzuki tegaskan, Dahlan harus mengungkap hitung-hitungan menyeluruh penggunaan anggaran yang dinilai inefisiensi.

"Harus dijelaskan infisiensinya. Ya jelas ada hitungannya. Ngak bisa begitu saja, dibilang kebijakan publik Rp37 triliun untuk Jakarta saja. Oh ndak bisa, nggak mungkin. Jakarta paling berapa saja. Masak sampai Rp 37 triliun. Kalau itu bisa bangun mall, bangun jembatan berapa banyak," tegas Marzuki.

Karenanya, Ketua DPR ini mendorong agar Komisi VII DPR mempertanyakan penggunaan anggaran PLN dibawah Dahlan Iskan.

Untuk itu, dia juga meminta Dahlan hadir memenuhi panggilan DPR untuk memberikan penjelasan atas temuan BPK yang menyatakan PLN inefisiensi menggunakan anggarannya.

Sebelumnya Dahlan Iskan, mengungkapkan saat dirinya menjabat Direktur Utama PLN, dihadapkan dua pilihan, yakni listrik Jakarta padam karena tidak mendapat pasokan gas, atau menggunakan BBM. Saat itu Dahlan memutuskan menggunakan BBM dengan konsekuensi biaya akan lebih mahal daripada pakai gas.

Klik:

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved