Senin, 6 Oktober 2025

Riwayat Kartosoewirjo

Kartosoewirjo Pelaku Sejarah Sumpah Pemuda

Dalam bukunya, Fadli menjelaskan bahwa Kartosoewirjo merupakan anak dari seorang mantri candu di Cepu, Jawa Tengah.

Penulis: Mochamad Faizal Rizki
zoom-inlihat foto Kartosoewirjo Pelaku Sejarah Sumpah Pemuda
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Pengunjung melihat foto yang dipamerkan dalam acara bedah buku terbitan Fadli Zon Library berjudul Hari Terakhir Kartosoewirjo di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (5/9/2012).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kartosoewirjo, pemimpin DI/TII yang mendeklarasikan Negara Islam Indonesia, ternyata  merupakan pelaku sejarah penting dalam Sumpah Pemuda 1928.

Terlepas dari kisahnya yang kontroversial, Fadli Zon, penyusun buku 'Hari Terakhir Kartosoewirjo' mengatakan, masyarakat Indonesia harus melihat sejarah secara proporsional.

"Sebagai seorang pejuang seperti yang lain, tentunya Kartosoewirjo memiliki sisi kekuatan dan kelemahan. Itu yang perlu kita tempatkan secara dewasa, tenang, dan proporsional," tutur Fadli saat peluncuran bukunya yang berjudul 'Hari Terakhir Kartosoewirjo: 81 Foto Eksekusi Imam DI/TII', di TIM, Jakarta Pusat, Rabu (5/9/2012).

Dalam bukunya, Fadli menjelaskan bahwa Kartosoewirjo merupakan anak dari seorang mantri candu di Cepu, Jawa Tengah.

Pria kelahiran 7 Februari 1905 merupakan salah satu anak Indonesia yang beruntung dapat mengenyam pendidikan Eropa waktu itu.

Ia bersekolah di HIS (Holland Inlandsche School) di Rembang, yang merupakan sekolahan elit khusus anak-anak Eropa totok (asli) dan Indo.

Setelah beranjak dewasa, Kartosoewirjo bersekolah di NIAS (Nederlands Indische Artsen School) atau sekolah dokter di Surabaya. Saat kuliah, Kartosoewirjo terlibat dalam berbagai organisasi pergerakan nasional.

"Kartosoewirjo aktif dalam organisasi Jong Java, sempat menjadi ketua cabang Surabaya, dan Jong Islamieten Bond," tulis Fadli dalam bukunya.

Pada 1927, Kartosoewirjo dianggap terlibat pergerakan politik dan dikeluarkan dari NIAS. Ia kemudian tinggal di rumah Tjokroaminoto, yang merupakan tokoh sentral pergerakan nasional, lantas menjadi guru politik sekaligus  mentor Islamismenya.

Karena kecerdasan dan keuletannya, Kartosoewirjo sempat diangkat menjadi sekretaris pribadi Tjokroaminoto, yang merupakan presiden PSII pada masa itu.

Kartosoewirjo berhasil menduduki jabatan Sekretaris umum PSII, berdasarkan hasil kongres Desember 1927, yang membawanya ke Jakarta (Batavia).

Di Jakarta, ia semakin aktif dalam pergerakan dan menjadi pelaku sejarah Sumpah Pemuda. (*)

BACA JUGA

Sumber: TribunJakarta
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved