Denny Indrayana: Indonesia Menjauh dari Negara Gagal
Wakil Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia (Wamenkumham) Denny Indrayana menilai pemberitaan hasil survei Fund for Peace

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia (Wamenkumham) Denny Indrayana menilai pemberitaan hasil survei Fund for Peace yang menyimpulkan Indonesia menuju negara gagal adalah tidak objektif. Sebab, peringkat indeks negara gagal Indonesia mengalami perbaikan jika dilihat hasil riset Fund for Peace sejak 2005.
"Membaca pemberitaan dua hari terakhir soal indeks negara gagal, ada hal-hal yang perlu diluruskan agar kita tidak terjebak pada kesimpulan yang salah," kata Denny Indrayana dalam rilisnya kepada Tribunnews.com, Kamis (21/6/2012).
Denny mengaku telah menulis soal indeks negara gagal ini dalam buku Indonesia Optimis (2011: 130 - 131). Perubahan indeks negara gagal Indonesia dan skornya pun tahun demi tahun tercatat dalam buku itu.
Denny menyatakan hasil survei lembaga itu perlu diapresiasi dijadikan sebagai rujukan agar Indonesia tidak menuju negara gagal. Apalagi, Fund for Peace telah menggunakan metodologi yang berkualitas, menggunakan 12 indikator serta melibatkan 177 negara dari seluruh penjuru dunia.
Namun, untuk menyimpulkan arah Indonesia berdasarkan hasil lembaga tersebut harus dilakukan dengan analisa yang lebih menyeluruh.
Bagi Denny adalah tidak adil menilai Indonesia menuju negara gagal dengan hanya mendasarkan penurunan peringkat indeks negara gagal Indonesia pada 2012 hanya turun hanya satu dibandingkan tahun sebelumnya, tanpa melihat bagaimanakah peringkat kita cenderung terus membaik sejak 2005. Adalah juga tidak adil menyatakan kita menuju negara gagal, tanpa melihat bahwa skor indeks negara gagal kita justru terus membaik,
Posisi indeks negara Indonesia turun dari peringkat 64 dengan skor 81 pada 2012 ke peringkat 63 dengan skor 80,6 pada 2012. Skor 80,6 pada 2012 ini merupakan skor terbaik Indonesia sejak indeks negara gagal dirilis pada 2005.
"Tidak fair menilai Indonesia menuju negara gagal dengan hanya mendasarkan pada peringkat kita yang turun hanya satu di tahun 2012," ujarnya.
Menurut Denny, dengan melihat keseluruhan survei sejak tahun 2005, maka akan terlihat jelas bahwa skor kita terus membaik, dari tahun ke tahun. Setelah sempat memburuk pada skor 89,2 pada 2006, skor Indonesia terus naik menjadi 84,4 pada 2007, skor 83,3 pada 2008, skor 84,1 pada 2009, skor 83,1 pada 2010, skor 81,6 pada 2011 dan terakhir skor 80,6 pada tahun 2012 ini.
"Peringkat 63 di tahun 2012 memang penurunan dibandingkan peringkat 64 di tahun 2011. Namun, tetap jauh lebih baik dari peringkat terburuk ke-32 di tahun 2006, 55 tahun 2007, 60 tahun 2008, 62 tahun 2009, 61 tahun 2010," jelas Denny.
Denny mengajak media massa memberikan berita dengan analisa yang lebih utuh, sehingga masyarakat mendapatkan kesimpulan yang keliru.
Dengan melihat kecenderungan peringkat sejak tahun 2005, Denny mengharapkan setiap komponen masyarakat tetap harus waspada dan bekerja lebih keras. "Kesimpulannya kita bukan mendekat, tetapi makin jauh dari negara gagal berdasarkan hasil survei Fund for Peace tersebut," pungkasnya.