Senin, 6 Oktober 2025

Tribun Jakarta Edisi Pagi

Petualangan Si Nyentrik Berakhir di Gunung Tambora

Serangan jantung dan kurangnya oksigen diduga sebagai penyebab utama kematian figur yang gemar mendaki gunung sejak masa kuliah di ITB.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Misi pendakian Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat (NTB) bertajuk 'Famele Trakkers for Lupus', menjadi akhir petualangan alam sosok Wakil Menteri (Wamen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Widjajono Partowidagdo.

Pak Wid, sapaan Wamen yang terkenal 'nyentrik', mengembuskan napas terakhir dalam perjalanan guna mendapatkan pertolongan, Sabtu (21/4/2012).    

Serangan jantung dan kurangnya oksigen diduga sebagai penyebab utama kematian figur yang gemar mendaki gunung sejak masa kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Sejatinya, misi Widjajono menaklukkan Tambora hampir berhasil. Pos 3, tempat pemberhentian terakhir bagi pendaki untuk mencapai ke puncak gunung berketinggian 2.815 meter dari permukaan laut, sudah berhasil dijejaki.    

Jarak perjalanan yang dimulai sejak Jumat (19/4/2012) ke puncak, hanya tersisa 1.000 meter jauhnya. Widjajono beserta rombongan pendaki bahkan sempat bermalam di lokasi tersebut.

Sabtu subuh, rombongan melanjutkan perjalanan. Kondisi medan antara Pos 3 dan puncak Tambora disebutkan berhalang rintang pasir, batu kerikil, dan minim pohon.

Di tengah perjalanan, Widjajono dikabarkan mengalami sesak napas secara tiba-tiba. Kondisi almarhum melemah, yang membuat rombongan memutuskan untuk menghentikan pendakian.

Rombongan kemudian mengevakuasi Widjajono kembali ke Pos 3. Almarhum sempat mendapat bantuan pernapasan, hanya kondisi Widjajono kian melemah.    

"Di Pos 3, sudah dilakukan pertolongan. Kondisinya semakin lemah. Namun saat itu dari laporan yang saya terima, beliau masih sempat disuapi dan berbicara, tapi kondisinya lemah," jelas Kadin Koperindag Tamben Kabupaten Dompu, NTB Chairun Nisan dalam sebuah wawancara televisi.

Chairun menjelaskan tak ada sinyal telepon seluler di lokasi tersebut. Pun begitu, komunikasi menggunakan gelombang radio dari Organisasi Radio Amatir Indonesia (Orari) masih dapat dilakukan.   

Mendapat informasi demikian, tiga helikopter dari Basarnas, Polri, dan PT Newmont dikerahkan untuk mengevakuasi Widjajono. Semula, tim evakuasi hendak membawa Wamen ESDM itu ke rumah sakit di Denpasar, Bali, menggunakan helikopter langsung dari wilayah pegunungan Tambora.  

Dua helikopter penyelamat rupanya sudah berputar-putar di sekitar Pos 3. Namun, mereka gagal mendarat.

"Dua helikopter sudah sampai di atas Pos 3, tapi tidak bisa landing karena kabut tebal dan cuaca tidak memungkinkan," jelas Chairun.

Evakuasi akhirnya dilakukan melalui jalur darat. Tim SAR menggunakan kendaraan bermotor untuk mencapai posisi Widjajono. Adapun rombongan pendaki, juga lewat jalur darat, berusaha membawa almarhum turun kembali ke Pos pertama.
     
"Saya sudah di Pos 1 waktu itu dan rombongan evakuasi di Pos 2. Saat itu, saya dibisiki kalau beliau sudah mendahului kita," lanjut Chairun.

Jenazah Widjajono akhirnya tiba di rumah duka Jalan Ciragil II, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu pukul 22.30 WIB, setelah sebelumnya diterbangkan RSUP Sanglah, Denpasar, Bali. Baca berita selengkapnya di Tribun Jakarta Edisi Pagi, 22 April 2012. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved