Senin, 6 Oktober 2025

Wakil Menteri ESDM Meninggal Dunia

Dahsyatnya Gunung Tambora Hingga Wakil Menteri Meninggal

Wakil Menteri ESDM Widjajono Partowidagdo meninggal dunia saat mendaki Gunung Tambora

zoom-inlihat foto Dahsyatnya Gunung Tambora Hingga Wakil Menteri Meninggal
net
Wakil Menteri ESDM Widjajono Partowidagdo saat mendaki Gunung

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Menteri ESDM Widjajono Partowidagdo meninggal dunia saat mendaki Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat (NTB). Pria berambut gondrong tersebut hobi mendaki gunung sejak muda.

Bersama rombongan, Pak Wid, panggilan akrabnya mendaki Tambora sejak 19 April 2012 lalu dengan tema Female Trackers For Lupus.

Pak Wid diduga mengalami sesak nafas setelah sampai di dekat kawah Gunung Tambora yang berketinggian 2851 meter. Pria berumur 61 tahun tersebut tak tertolong.

Seberapa menariknya Gunung Tambora tersebut sehingga membuat seorang Wakil Menteri meluangkan waktunya untuk turut mendaki gunung?

Gunung Tambora (atau Tomboro) adalah sebuah stratovolcano aktif yang terletak di pulau Sumbawa, Indonesia. Gunung ini terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dompu (sebagian kaki sisi selatan sampai barat laut, dan Kabupaten Bima (bagian lereng sisi selatan hingga barat laut, dan kaki hingga puncak sisi timur hingga utara), Provinsi Nusa Tenggara Barat, tepatnya pada 8°15' LS dan 118° BT.

Gunung ini terletak baik di sisi utara dan selatan kerak oseanik. Tambora terbentuk oleh zona subduksi di bawahnya. Hal ini meningkatkan ketinggian Tambora sampai 4.300 m[2] yang membuat gunung ini pernah menjadi salah satu puncak tertinggi di Nusantara dan mengeringkan dapur magma besar di dalam gunung ini. Perlu waktu seabad untuk mengisi kembali dapur magma tersebut.

Aktivitas vulkanik gunung berapi ini mencapai puncaknya pada bulan April tahun 1815 ketika meletus dalam skala tujuh pada Volcanic Explosivity.  

Kedahsyatan letusan Tambora setara dengan 1.000 Megaton ledakan TNT, dan hanya kalah oleh letusan mahadahsyat Gunung Toba yang mencapai skala 8 dari 8 pada indeks VEI (Volcanic Explosivity Index), lebih kurang 74.000 tahun lalu, yakni jauh pada masa pra-sejarah.

Menggeram mulai awal April, dan mulai meletus kecil sejak tanggal 5 April, puncak letusan Gunung Tambora terjadi pada 10-11 April 1815, dimulai malam hari pukul 19.00 tanggal 10, dan terus-menerus meletus hingga mengguncangkan bumi keesokan harinya pada skala 7 dari tertinggi 8 pada indeks VEI. Kekuatan ledakannya bahkan tercatat empat kali lebih besar dari letusan Gunung Krakatau tahun 1883!

Menyemburkan muatan tefrit hingga 1.6 × 1011 meter kubik, dan 100 kilometer kubik piroklastik trakiandesit dengan perkiraan massa 1,4×1014 kilogram, dentuman suara ledakannya terdengar hingga radius 2600 kilometer, mulai dari Sumatera hingga Makassar dan Ternate, sebagaimana dilaporkan menggetarkan Surabaya menurut catatan buku harian sejumlah warga Belanda, hingga menggema ke bagian barat laut benua Australia.

Letusan hebat yang bertubi-tubi menghasilkan endapan aliran piroklastik hingga 20 kilometer jauhnya, memuntahkan magma hingga 100 kilometer kubik, dan melontarkan abu dan debu vulkanik sejauh 1300 kilometer hingga Jawa Barat dan Batavia di arah barat dan Sulawesi Selatan di utara, dengan volume hingga 400 kilometer kubik, dilepaskan ke angkasa hingga menembus lapisan stratosfer pada ketinggian 44 kilometer di atas permukaan tanah.

Selain itu, getaran gempa yang mengguncang Sumbawa juga menggelegakkan samudera dan menggolakkan lautan, menimbulkan tsunami setinggi hingga 4 meter bermula dari pesisir Sanggar pada pukul 10 malam pada tanggal 10 April, menerjang pantai di Bima, dan terus bergulung-gulung hingga sejauh 1200 kilometer, menjelang tengah malam telah menghempas Besuki di Jawa Timur hingga menyapu tepian pantai Kepulauan Maluku dengan tinggi dinding air bah masih setinggi 2 meter!

Letusan Gunung Tambora juga telah memusnahkan nyaris seluruh warga dari tiga kerajaan sekaligus, yakni Kerajaan Sanggar yang berjarak 35 kilometer di sebelah timur, Kerajaan Pekat yang terletak 30 kilometer di sebelah barat, dan Kerajaan Tambora yang terletak 25 kilometer dari gunung tertinggi di pulau Sumbawa, dan pernah menjadi yang tertinggi di Indonesia.

Tercatat jumlah korban mencapai 71.000 jiwa, dan yang selamat hanya sekitar 200 jiwa saja! Sekitar 12.000 tewas secara langsung akibat letusan gunung berapi, sementara puluhan ribu sisanya menderita dampak susulan yang tak kalah mengerikan dari bencana mahapralaya tersebut, meninggal karena kelaparan, tercemarnya air minum oleh abu vulkanik, ketiadaan bahan makanan, dan terjangkiti wabah penyakit mengenaskan. Sedikitnya 38.000 orang tewas di Sumbawa dan 10.000 lainnya menyusul di Lombok.

Dalam artikel berjudul Mount Tambora in 1815: A Volcanic Eruption in Indonesia and Its Aftermaths, Bernice de Jong Boers bahkan menyebutkan bahwa letusan Gunung Tambora diduga menjadi pemicu pecahnya epidemi kolera untuk pertama kalinya ke seluruh dunia.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved