Skandal Century
Pertegas Status Boediono dan Sri Mulyani
mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan mantan Gubernur Bank Indonesia, kini Wakil Presiden Boediono, agar segera diperjelas statusnya.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelan namun pasti, Profesor Hendrawan Supratikno memberikan argumentasi menarik saat Timwas Kasus Bank Century bertemu Ketua KPK Abraham Samad dan jajarannya, Rabu (15/02/2012). Dua tokoh sentral dalam kasus ini, mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan mantan Gubernur Bank Indonesia, kini Wakil Presiden Boediono, agar segera diperjelas statusnya.
Apalagi, kata Profesor Hendrawan, Sri Mulyani, beberapa hari lalu sudah dicalonkan sebagai presiden oleh Partai SRI. Untuk Boediono, kata Hendrawan, yang ia kenal adalah sosok sederhana. Saat menjabat Gubernur BI, Boediono, diakui oleh politisi PDI Perjuangan ini, kerap menggunakan pesawat ekonomi.
"Dua orang ini memiliki integritas yang tinggi. Hidupnya sederhana. Saat menjadi Gub BI, Pak Boediono kerap naik pesawat ekonomi. Sri Mulyani apalagi, dikenal sebagai orang yang tegas," kata Hendrawan.
"Kalau dua orang yang dianggap memiliki integritas tinggi, kemudian dianggap terlibat kasus ini, apakah ini tidak menyentuh hati nuran?," kata Hendrawan lagi memberikan argumentasi.
Hendrawan kemudian meminta kepada para pimpinan KPK untuk secepatnya memperjelas status Boediono dan Sri Mulyani. "Katakan bersalah kalau bersalah, katakan tidak bersalah kalau tidak bersalah," Hendrawan menegaskan.
Sebelumnya, Ketua KPK Abraham Samad mengaku ada perbedaan pandangan di internal KPK dalam penanganan kasus bailout Bank Century Rp 6.7 triliun.
”Ada dua pandangan yang berkembang. Ekspos kasus Century sudah dilakukan dua kali. Para penyelidik meminta waktu untuk lebih mendalami. Sementara Pak Zulkarnaen sudah merekonstruksi pasal-pasal apa saja yang bisa digunakan. Sementara Bambang sependapat dengan penyidik," kata Samad. (tribunnews/yat)
