Hujan dan Angin Kencang di Jakarta
Sebelum Tewas, Arum Lebih Periang
Korban pohon tumbang, Arum Niatalih Ratna (19) sudah memiliki firasat tak enak sebelum ajal menjemput.
Laporan Wartawan Tribunnews.com Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Korban pohon tumbang, Arum Niatalih Ratna (19) sudah memiliki firasat tak enak sebelum ajal menjemput. Kepada temannya, Titi, mahasiswi Jurusan Akuntansi Angkatan 2010 Trisakti School of Management ini kerap mengeluhkan jantungnya.
"Sehabis tahun baru bersamanya di Bogor ia sering cerita kalau jantungnya deg-degan," ujar Titi di rumah duka, Jalan Raya Bekasi nomor 16, Jatinegara Kaum, Pulogadung, Jakarta Timur, Kamis (12/1/2012).
Bukan hanya itu, sebelum peristiwa maut terjadi, Titi bercerita bila ia bersama Arum dan Putri berteduh dari hujan lebat di kampus hingga pukul 21.00 WIB.
"Sampai malam di kampus, kami yang mahasiswi tinggal bertiga, saya, Arum, dan Putri," ucapnya.
Setelah hujan reda, mereka bertiga bergegas pulang. Saat itu, Arum dan Putri mengantarnya hingga Harmoni. Setelah itu, mereka berdua pun melanjutkan perjalanan. "Si Putri ke arah Tanjung Priok dan Arum ke Medan Merdeka," ungkapnya.
Saat lagi di bus, tiba-tiba Titi mendapat telepon dari Putri. Putri mengabarkan bila Arum tertimpa pohon saat di depan istana. "Awalnya saya tidak percaya, namun karena Putri serius akhirnya saya percaya," jelasnya seraya mengemukakan, sebelum tewas, Arum terlihat lebih periang.
"Emang dia periang, namun saat itu lebih dari biasanya," tambahnya.
Akibat pohon tumbang itu, Arum dirawat di RS Husada. Setelah sepekan kritis di Rumah Sakit Husada, Jakarta Pusat, Arum sempat menjalani operasi pengangkatan tempurung kepala untuk mengatasi penggumpalan darah dan perdarahan di otak.
Namun kondisi kesehatan Arum tak membaik. Kesehatannya justru memburuk pada Rabu (11/1/2012). Gadis penyuka tari tradisional ini demam hingga 44 derajat Celcius. Selain mengalami pendarahan dari hidung dan mulut, Arum juga mengalami luka di hidung, mata, dan bagian otak depan.