Teror Bom Buku
Mugiono dan Pepi Kerap Bicara di Teras Kontrakan
Empat rekan otak pelaku bom buku Pepi Fernando menjalani sidang lanjutan di Pengadilan Negeri , Jakarta Barat, Kamis (5/1/2012).

Laporan Wartawan Tribunnews.com Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Empat rekan otak pelaku bom buku Pepi Fernando menjalani sidang lanjutan di Pengadilan Negeri , Jakarta Barat, Kamis (5/1/2012). Keempat terdakwa tersebut berperan dalam pembuatan bom buku yang sempat menggegerkan Jakarta di tahun 2011.
Seorang saksi Mulyono yang tiada lain tetangga terdakwa Mugiono menjelaskan dirinya sering melihat Pepi Fernando datang ke kontrakan yang ditempati Mugiono, di Pondok Kopi, Duren Sawit Jakarta Timur.
"Pepi sering datang, tetapi saya tidak menghitung berapa kali dia datang, sehingga saya tidak tahu persis," ungkapnya dalam kesaksian di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Kamis (5/1/2012).
Pepi biasanya datang pukul 20.00 WIB atau 21.00 WIB dan hanya sekedar duduk dan hanya berbicara di kontrakan yang dihuni Mugiono.
"Dia tidak pernah nginap. Kadang-kadang mereka duduk di depan dan ngobrol biasa-biasa saja," ucap Mulyono.
Meskipun kontrakan Mulyono hanya terpisah satu tembok dinding saja, tetapi dirinya mengaku tidak pernah mendengar suara-suara aneh di dalam kontrakan Mugiono.
Saat digerbek, Mulyono hanya melihat buku-buku saja yang dibawa Densus 88 dari kontrakan Mugianto. Tetapi tidak melihat sesuatu yang aneh dari buku yang diamankan tim pemburu teroris tersebut. "Saya hanya sekilas saja saat itu," ujarnya.
Kemudian beberapa hari kemudian, Densus kembali mendatangi kontrakan tersebut dan menyita kembali beberapa barang bukti seperti jam dinding, abu gosok, cobek, dan ulegan. "Dalam jam dinding tersebut tulisannya jam jihad," ucap Mulyono.
Di Pondok Kopi, Densus 88 menangkap empat teroris terkait kelompok Pepi Ernando. Watono, Ade Guntur, Febri, dan Mugiono keempatnya merupakan jamaahnya Pepi. Mugiono bertugas membolongi kotak yang dipakai untuk bom buku.