Anak Buah Ditangkap KPK, Jaksa Agung Peringatkan Kajati

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menyikapi tertangkap tangan oknum jaksa Kejari Cibinong, Sistiyo oleh KPK, Jaksa Agung Basrief Arief langsung melakukan teleconference dengan seluruh Kepala Kejakasaan Tinggi dari kantornya di Jakarta, Selasa (22/11/2011).

Dalam teleconference itu, Basrief memperingatkan akan mengambil tindakan tegas berupa pencopotan bagi oknum jaksa yang terlibat tindak pidana, termasuk korupsi.

"Pimpinan akan mengambil tindakan tegas terhadap setiap pegawai, baik jaksa maupun tata usaha, termasuk atasan yang bertanggungjawab secara berjenjang,  apabila masih terjadi penyalahgunaan wewenang dan perbuatan lainnya," kata Jaksa Agung Muda Pengawasan, Marwan Effendy, membacakan butir teleconference Jaksa Agung.

Menurut Marwan, dengan adanya peran dan fungsinya melakukan pengawasan melekat dari setiap Kajati, Kajari, dan Asisten Pengawasan, maka mereka bertanggung jawab jika terjadi penyimpangan ataupun pelanggaran hukum yang dilakukan oknum jaksa di lingkungan kerjanya.

Karena itu, dalam teleconference itu, Basrief juga memerintahkan para pimpinan jaksa daerah, yakni kajati, wakajati, asisten pengawasan, dan para asisten lainnya, untuk meningkatkan peran dan fungsinya melakukan pengawasan, baik fungsional maupun pengawasan melekat (waskat).

"Waskat ini, terutama pada kinerja jajaran fungsional yang berada di wilayah hukum masing-masing," imbuhnya.

Selain itu, lanjut Marwan, Jaksa Agung juga menyampaikan bahwa kajari dituntut untuk melakukan pengawasan secara langsung terhadap pelaksanaan tugas dan kewajibannya serta bertanggungjawab apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh jajarannya.

"Jadi Kejari Cibinong akan kami periksa waskatnya sesuai dengan amanat raker. Berarti, kalau waskatnya tidak jalan, maka akan ada tindakan," tandasnya.

Tak lupa, dalam teleconference tersebut, Basrief selaku orang nomor satu korps Adhiyaksa mengatakan merasa sangat prihatin atas tertangkap tangannya jaksa Sistiyo oleh KPK tersebut.

"Yang telah mencoreng institusi pada saat kami sedang maksimal membangun kepercàyaan publik," ujar Marwan.