Balada TKW di Negeri Arab
Naim Kapok Bekerja sebagai TKI di Arab Saudi
Membayangkan akan dapat uang berlimpah, justru malah dapat susah. Begitu kira-kira yang dirasakan Naim (29), TKI asal Pamekasan

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Setiaji
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Membayangkan akan dapat uang berlimpah, justru malah dapat susah. Begitu kira-kira yang dirasakan Naim (29), TKI asal Pamekasan, Jawa Timur.
Naim yang sudah 13 tahun malang melintang menjadi TKI di Arab Saudi, mengaku kapok bila disuruh kembali ke sana.
Ditemui di terminal IV Bandara Soekarno-Hatta, sambil menunggu instruksi dari petugas bandara, Naim sempat berbincang-bincang dengan Tribunnews.com, Selasa (1/11/2011).
Naim menceritakan, ia mengadu nasib di Jeddah, Arab Saudi, sejak 1998. Saat itu, majikan pertamanya berasal dari Sudan dan bukan orang Arab Saudi asli.
"Kalau majikannya bukan Saudi asli, baik sama kita. Waktu pertama kerja, gaji saya 800 real. Saya ke sana pakai sponsor. Gaji saya dipotong selama kurang lebih dua tahun untuk membayar biaya keberangkatan saya ke sana sebesar 14 ribu real," ujar Naim.
Ibu beranak satu ini pun menceritakan, karena tidak melalui jalur resmi, gajinya dipotong sebesar 800 real untuk mencicil biaya keberangkatannya ke Jeddah.
Selama gajinya dipotong, ia sangat tergantung pada majikannya. "Kalau makan, dikasih dua kali sehari. Saya nggak pegang duit sama sekali. Untuk sabun saja, saya suka ngambil sabun majikan. Kapok saya kembali ke sana," kata Naim.