Kasus Gayus
Ahmad Muntoha Sukses Menipu Koruptor Hingga Calon Bupati
Penghuni Rumah Tahanan Cipinang, terpidana kasus penipuan Ahmad Muntoha mendadak jadi terkenal, setelah ia dikabarkan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penghuni Rumah Tahanan Cipinang, terpidana kasus penipuan Ahmad Muntoha mendadak jadi terkenal, setelah ia dikabarkan sukses menipu seorang penghuni Rutan Cipinang terpidana kasus korupsi, Gayus Halomoan Tambunan, dengan modus penggandaan uang.
Tapi siapakah Ahmad Muntoha, yang setelah dilaporkan oleh Gayus penahanannya pun dipindah ke Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, Jakarta Timur, yang menurut Kepala Rutan Cipinang, Suharman adalah untuk keamanan Muntoha sendiri.
Kepada Tribun Suharman mengatakan bahwa Muntoha tak lebih dari tahanan kasus penipuan biasa, yang seperti terpidana kasus penipuan lainnya, kata-kata Muntoha tidak bisa dipercaya.
"Bisa-bisa petugas nanti ditipu, kepada terpidana penipuan lebih baik kita jaga jarak," katanya.
Kadiv Pemasyarakatan, Kanwil DKI Jakarta Kementerian Hukum dan HAM, Bambang Krisbanu, mengatakan bahwa Selain Gayus, sang terpidana penipuan itu juga sempat menipu seorang tahanan rutan, yang kini telah menyelesaikan masa penahanannya. Bambang mengatakan dalam kasus tersebut diakui Muntoha uang sang korban berhasil dikembalikan.
Muntoha sempat menjadi buronan di Tegal. Hingga ia bisa ditahan di Rutan Cipinang, sang dukun juga sempat berpraktik di kawasan Jakarta Selatan, dan dilaporkan ke Polisi. Pengadilan Negri Jakarta Selatan pun menjatuhkan empat tahun penjara.
Harian Suara Merdeka pada November 2007 sempat memberitakan bahwa Muntoha alias Toha sempat terkenal bagi banyak warga Losari, Brebes dan Margasari, Kabupaten Tegal, sosok Muntoha sebagai dukun pengganda uang. Dia juga memiliki lima istri dan rumah mewah dengan kolam renang luas di Margasari.
Soal kepiawaiannya mengubah uang Rp 1.000 menjadi puluhan juta rupiah pernah dipraktikkan di hadapan sejumlah penyidik di Polres Slawi, yang sekarang bernama Polres Tegal pada tahun 2003 lalu.
Tersangka sebelumnya telah menyiapkan uang hingga Rp 20 juta. Uang itu diletakkan di sebuah peti di mobilnya. Saat korbannya meminta bukti kalau dia mampu menyulap uang Rp 1 juta menjadi Rp 10 juta, dia pun melakukan ritual sambil komat-kamit membaca mantera.
Media yang digunakan adalah berupa baskom berisi air dan bunga setaman. Kemudian ditutup sajadah atau kain mori putih yang biasa untuk mengkafani orang meninggal. Uang kemudian diletakkan di atas kain itu dan ditutup kain lagi, dalam tempo kurang dari lima menit, uang Rp 1 juta telah berubah jumlahnya menjadi Rp 10 juta.
Muntoha berhasil mendapatkan ilmu tersebut dari seorang guru di Gunung Ceremai, Cirebon, Jawa Barat, setelah ia nglakoni puasa 40 hari dan hidup prihatin.
Korban yang ditipu mulai dari pengusaha, mantan anggota DPRD I Jateng, calon Bupati Wonosobo pada pilkada 2005 lalu hingga seorang perwira tinggi militer.
Mereka rata-rata dimintai uang dari ratusan juga rupiah hingga miliaran rupiah. Tak heran suatu kali tiga mobil miliknya yang diparkir di rumah mewahnya di Margasari, Kabupaten Tegal, sempat disita para korbannya.
Bahkan menjelang pilkada di Tegal, seorang calon bupati yang membutuhkan banyak uang untuk kampanye, sempat mendatangi Muntoha dengan niat untuk melipat gandakan uang. Sang calon bupati pun tertipu.