Sabtu, 4 Oktober 2025

Mudik Lebaran 2011

Pemerintahan SBY Biarkan Pemudik Jadi Korban Pembantaian

Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono masih membiarkan pemudik Lebaran 2011 menjadi korban

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Johnson Simanjuntak

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono masih membiarkan pemudik Lebaran 2011 menjadi korban "pembantaian" di jalanan. Terbukti korban tewas dalam musim mudik terus bertambah.

Demikian disampaikan Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, kepada Tribunnews.com, Rabu (7/9/2011).

Pada Lebaran 2009 korban tewas mencapai 702 orang, 2010 melonjak menjadi 746 orang, dan 2011 sebanyak 682 orang (per 6 September 2011). Diperkirakan korban tewas akan melonjak hingga arus balik selesai.

Menurut Neta, sepertinya tidak ada upaya pembenahan atau strategi signifikan dalam mengantisipasi mudik Lebaran. Padahal setiap Lebaran rata-rata mencapai 70 persen pemudik menggunakan sepeda motor.

Dari pantauan IPW, aparat kepolisian sudah kerja keras mengatur simpul-simpul kemacetan. Tapi, karena volume kendaraan terlalu banyak, sementara lebar jalan tidak bertambah, maka polisi tidak bisa berbuat banyak dan hanya mengatur lalulintas yang macet total.

Pada puncak mudik Lebaran 2011, kemacetan sudah menjerat pemudik sejak masuk Kalimalang di kawasan Cawang, Jakarta Timur maupun Pulogadung.

Kemacetan, jalan yang bergelombang, berlobang-lobang dan rusak berat, tentu membuat pemudik makin letih. Tak heran, kecelakaan tunggal menduduki ranking tertinggi dalam Lebaran 2011 ini. Penyebab utamanya, karena pengemudi mengantuk dan mengendarai sepeda motor lebih dari dua orang.

Kecelakaan akibat menabrakkan bagian depan atau samping kendaraan lain menduduki posisi kedua. Kecelakaan jenis ini terjadi pada jalur mudik yang tidak memiliki medan jalan. Biasanya terjadi di jalur mudik di Pulau Jawa. Dan Pantura Jawa Barat tergolong sebagai daerah paling rawan.

Untuk menghindari makin banyaknya kecelakaan dan korban tewas di jalanan, pemerintah SBY sudah saatnya membuat strategi baru, misalnya memperbanyak penggunaan kapal perang untuk mengangkut pemudik sepeda motor dari Tanjungpriok ke Cirebon atau Tanjungmas Semarang.

"Sebab, sebagian besar pemudik motor bertujuan ke Jawa Barat bagian Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Timur bagian barat," ujarnya.

Pemerintah dan aparat terkait juga harus mengubah keadaan ini agar pemudik, khususnya bersepeda motor tidak terus menerus terjebak macet, keletihan dan menjadi korban kecelakaan lalulintas.

Jika strategi ini tidak dilakukan, "pembantaian" pemudik di jalanan akan makin mengerikan dan akan terjadi stagnasi di Pantura setiap musim mudik.

"IPW juga berharap Polri aktif memberikan berbagai alternatif kepada pemerintah agar kemacetan parah di jalur mudik dan korban tewas di musim mudik dapat dihindari," tukasnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved