TKW Dipancung di Arab Saudi
Acah: Saya Hanya Minta Dengar Suara Karsih
Baru pekan lalu Acah menghadap DPR mempertanyakan nasib anaknya, Karsih, yang sudah 12 tahun menjadi tenaga kerja wanita

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Baru pekan lalu Acah menghadap DPR mempertanyakan nasib anaknya, Karsih, yang sudah 12 tahun menjadi tenaga kerja wanita di Arab Saudi. Selama itu, warga Karawang, Jawa Barat ini belum pernah mendengar kabar anaknya yang kini masih misterius.
Didampingi kuasa hukumnya Elyasa Budianto, Acah berangkat lagi ke DPR, meminta kejelasan nasib anaknya ke DPR, Senin (27/6/2011). Ikut bersamanya anak Karsih, Toto Istiyanto yang saat ditinggal bekerja ke luar negeri masih berumur delapan bulan.
"Saya kurang puas, kepingin mendengar suara Karsih kalau memang dia masih ada. Saya mau cepat-cepat mendengar suaranya. Sudah 12 tahun tidak mendengar suaranya, ada apa enggak," ujar Karsih kepada wartawan di DPR.
Ini bukan kali pertama Acah mengadukan nasib anaknya. Pada 2008 lalu, Acah berusaha mencari tahu kabar anaknya. Mengingat waktu itu, Acah mendapat telepon dari Karsih dan mengadu bahwa dirinya akan dihukum pancung. Lantaran anak majikannya setelah makan mie meninggal. Padahal Karsih turut pula makan mie tersebut.
Menurut Elyasa, pihaknya sudah menghubungi Kementerian Luar Negeri soal nasib Karsih pada Januari 2008 lalu. Hanya saja, pihak keluarga ditunjukkan selembar foto Karsih, didampingi majikan dan beberapa perwakilan pemerintah RI di sana. Cerita Acah dan Karsih terus hilang begitu saja.
Itu sebabnya, Acah terus berjuang mendatangi banyak pihak untuk mendapat kejelasan anaknya. Minimal ia ingin mendengar suara Karsih. Apalagi, anaknya Toto sampai saat ini hanya mengetahui ibunya dari foto keluarga. Tanpa sama sekali mengetahui wujud sebenarnya.
Pada 2008 lalu, pengaduan Karsih tak dianggap Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Menurut Elyasa, Jumhur buang badan. Ia kesal kenapa sebagai komandan BNP2TKI, Jumhur seperti itu.