Sidang Baasyir
Kedatangan Abu Bakar Baasyir Disambut Takbir
Ratusan pendukung Abu Bakar Baasyir menyambut kehadiran terdakwa Abu Bakar Baasyir dengan takbir.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Iwan Taunuzi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ratusan pendukung Abu Bakar Baasyir menyambut kehadiran terdakwa Abu Bakar Baasyir dengan takbir. Padahal, saat itu Baasyir baru saja memijakkan kaki dari kendaraan Barracuda yang dikawal ketat aparat kepolisian.
Ratusan massa Baasyir dari Amir Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) ini menanti kehadiran Baasyir sejak pagi hari. Mereka menanti Baasyir di pelataran Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Pantauan Tribunnews.com, kehadiran Baasyir ini sempat memacetkan jalan raya Ampera. Apalagi, bukan hanya pendukung Baasyir yang mengikuti persidangan. Ratusan wartawan juga bersiaga untuk menyiarkan dan mewartakan sidang Baasyir.
Abu Bakar Baasyir sendiri diketahui dituntut Jaksa Penuntut Umum (JPU) dengan hukuman penjara seumur hidup.
JPU menganggap Abu Bakar Baasyir mengetahui dan terlibat dalam pelatihan militer di pegunungan Jalin Jantho, Aceh. Menurut Andi, Amir Jamaah Ansohrut Tauhid itu mengetahui pelaksanaan pelatihan militer di Aceh dengan menggunakan senjata api dan terlibat dalam perencanaan, persiapan, sampai pendanaan kegiatan tersebut.
Baasyir yang dituduh mengumpulkan dana untuk pelatihan di Aceh, lanjut Andi, sesuai dengan fakta persidangan yang diperoleh dari keterangan saksi, surat, keterangan ahli, terdakwa serta alat bukti lainnya. Hal itu sesuai dengan pasal 27 UU Republik Indonesia No 15 tahun 2003 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti UU no 1 tahun 2002 tentang pemberantasan tindak pidana terorisme.
JPU menuntut Baasyir sesuai dengan dakwaan lebih subsider pasal 14 jo 11 UU no 15 tahun 2003 tentang pemberantasan tindak pidana terorisme. Dana yang terbukti dihimpun Ba’asyir sejumlah Rp 350 juta, dengan rincian Rp 150 juta didapat dari Haryadi Usman, dan Rp 200 juta dari Syarif Usman, serta sebuah handycam dari Abdullah Al Katiri. Uang itu diduga digunakan untuk pelatihan militer di Pegunungan Jantho, Aceh Besar.