Sabtu, 4 Oktober 2025

Ujian Nasional 2011

Kecurangan UN Dipicu Ketakutan Penutupan Sekolah

Ketua Komnas Perlindungan Anak, Aris Sirait, mengatakan kecurangan-kecurangan UN karena khawatir sekolahnya akan ditutup.

Penulis: Danang Setiaji Prabowo
Editor: Ade Mayasanto
zoom-inlihat foto Kecurangan UN Dipicu Ketakutan Penutupan Sekolah
/Tribun timur/muhammad abdiwan
Haswati hasan, (12thn) anak pasangan hasan tata dan fatmawati, tengah mengikuti ujian nasional tingkat SD/MI di SD bontoramba, Gowa dengan antusias meskipun mengalami keterbatasan fisik, kedua lenganx mengalami kelainan sehingga tidak dpt berfungsi baik, hal ini membuat dia mesti menggunakan kedua kakinya dalam beraktifitas termasuk aktifitas tulis menulis.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Setiaji

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Komnas Perlindungan Anak, Aris Sirait, mengatakan kecurangan-kecurangan yang dilakukan pihak sekolah semata-mata karena menjalankan sistem yang ada. Bila tidak memenuhi target kelulusan, pihak sekolah khawatir sekolahnya akan ditutup.

Aris mengungkapkan hal tersebut usai mengadakan jumpa pers mengenai adanya dugaan kecurangan yang melibatkan pihak sekolah dalam Ujian Nasional tingkat SD. Dikatakannya, bila sekolah yang bersangkutan persentase kelulusannya dibawah 40 persen maka terancam akan ditutup.

"Yang salah sebenarnya dari sistem pendidikan kita. Saat UN tahun-tahun kemarin, sekolah yang tingkat kelulusannya dibawah 40 persen, dua atau tiga tahun kedepan sudah tidak ada sekolahnya karena ditutup," ujar Aris, Sabtu (28/5/2011).

Saat ditanya apakah aturan tersebut benar tertulis seperti itu, Aris menjelaskan bahwa peraturan tersebut memang tidak tertulis. Namun semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan sudah mengetahui hal tersebut. Menurutnya, guru-guru hanya menjadi korban dari sistem pendidikan yang kurang baik.

"Tekanan tidak tertulis itu dari pihak pemerintah. Bila kelulusan dibawah 40 persen, maka dianggap tidak kredibel. Padahal kalau di daerah, seorang guru bisa mengajar sampai enam kelas. Ini sebabnya kita juga ingin agar nilai UN tidak menjadi patokan dasar dalam kelulusan," kata Aris.

Ditambahkannya, sistem pendidikan di Indonesia sudah menjadi industri bisnis. Aris mencontohkan untuk masuk ke sekolah tertentu minimal menyiapkan uang Rp 15 juta, bila tidak jangan harap bisa masuk ke sekolah tersebut. Aris pun setuju jika pihak sekolah terbukti bersalah, maka bisa disediakan opsi ujian ulang demi memperbaiki proses pendidikan.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved