Bom Bunuh Diri Cirebon
Masjid-masjid Ini Target Teroris -6 Habis
Bagian terakhir buku ini menjelaskan tentang ciri-ciri masjid yang dikhawatirkan menjadi sasaran teroris

Bagian terakhir buku ini menjelaskan tentang ciri-ciri masjid yang dikhawatirkan menjadi sasaran teroris seperti Masjid At-Taqwa di Mapolres Cirebon, Jumat (15/04/2011) lalu. Inilah cuplikannya:
Bentuk-Bentuk Mesjid Dlirar Masa Kini
Muhammad Ridla menuturkan di dalam Al Manar: (Dan darinya diketahui bahwa banyak mesjid-mesjid di Mesir yang satu sama lain saling berdekatan dan begitu juga di negeri-negeri lain adalah tidak dibangun untuk mencari ridla Allah ta’ala, akan tetapi motivasi pembangunannya adalah riya’ dan mengikuti hawa nafsu dari kalangan penguasa dan orang-orang kaya yang bodoh).(Al Manar 11/39).
Di antara yang masuk dalam makna mesjid dlirar dan pensifatan syariy tepat terhadapnya adalah mesjid-mesjid yang di bangun oleh para thaghut untuk supaya nama mereka dikenang dan dinamai dengan nama mereka, Mesjid-mesjid ini mengandung banyak makna dlirar, di antaranya bahwa ia dibangun dalam rangka riya’ dan sum’ah dan juga hartanya berasal dari pencurian para thaghut itu dan sebagiannya dari harta riba dan judi.
Sebagian mesjid-mesjid itu si thaghut mewasiatkan agar dia dikuburkan di dalamnya, yaitu bahwa ia mengandung makna kuburan dari awal pembangunannya.
Dan mesjid-mesjid macam ini di antara contoh yang paling masyhur adalah mesjid thaghut Hasan II Raja Maroko – semoga Allah melaknatnya -, di mana mesjid ini mengumpulkan sernua sifat itu bahkan lebih, dan ia tidak dijadikan kecuali sebagai obyek wisata dari kalangan wisatawan yang kafir yang datang ke sana dalam keadaan telanjang.
Dan serupa dengannya adalah mesjid yang dibangun oleh Thoghut Husen Ibnu Thalal (Raja Yordania,pent) dan dia menamainya dengan nama kakeknya – Mesjid Raja AbdulIah -bahkan dia menamainya mesjid Asy Syahid Abdullah, sedangkan kakeknya ini adalah termasuk pemimpin kekafiran dan pengrusakan.
Adapun di perantauan, maka sungguh kedubes-kedubes berbagai negara murtad telah biasa membangun mesjid, sebagian mesjid-mesjid itu dikhususkan bagi warga negara tertentu tidak untuk kaum muslimin yang berwarga negara lain.
Kedubes ini menguasai mesjid tersebut dan menganjurkan warga negaranya saja untuk mendatanginya tidak warga negara lain, (ini) sebagai bentuk keinginan dari mereka agar warga negaranya tidak terpengaruh saat rnereka berada di negeri lain itu bila shalat di mesjid-rnesjid lain, yang mana bisa jadi penilaian mereka menjadi berubah terhadap negara rnereka dan para penguasanya, Sedangkan sikap ini adalah benar-benar dlarar.
Dan serupa itu juga mesjid-rnesjid yang dibangun oleh berbagai kedubes dan diberi plang dengan nama perusahaan atau bangunan-bangunan khusus agar penguasaan terhadapnya tetap berlangsung, merekalah yang menunjuk para khathib di sana, juga para pengajar dan para muadzdzin, dan mereka menjadikannya sebagai kebanggaan, riya, dan sum’ah, dan agar mereka sendirilah yang mengendalikan penafsiran dien ini sesuai dengan manhaj dan keinginan mereka.[4]
Dan mesjid-mesjid ini adalah menjadi sarang bagi intelejen yang memata-matai para pemuda muslim, dan di dalamnya para petugas kedubes berkumpul untuk acara-acara peringatan yang mereka namakan keagamaan.
Masuk dalam makna dlirar bahkan ia adalah benar-benar dlarar, adalah apa yang dilakukan oleh thaghut Saudi Raja Fahd, yaitu membangun istana di atas sebuah gunung yang mengarah ke Mesjidil Haram, dan sebagian syaikh Saudi telah memfatwakan kebolehan bagi si thaghut dan budak-budaknya itu melakukan shalat di sana seraya bermakmum kepada imam Mesjidil Haram.
Sebenarnya istana tersebut tidak masuk di dalam makna mesjid, akan tetapi saya menyertakannya di sini karena rusaknya fatwa prihal menjadikannya sebagai mesjid yang sama statusnya dan pahala shalatnya dengan Mesjidil Haram.
Padahal salaf sendiri membenci shalat di istana yang dibangun para penguasa di dalam rnesjid, maka apakah orang yang berakal masih ragu bahwa fatwa mereka perihal kebolehan menjadikan istana sebagai mesjid dan penyetaraannya di sini karena rusaknya fatwa prihal menjadikannya sebagai mesjid yang sama statusnya dan pahala shalatnya dengan Mesjidil Haram.
Padahal salaf sendiri membenci shalat di istana yang dibangun para penguasa di dalam rnesjid, maka apakah orang yang berakal masih ragu bahwa fatwa mereka perihal kebolehan menjadikan istana sebagai mesjid dan penyetaraannya dengan mesjid yang paling agung di atas bumi ini adalah fatwa yang paling batil dan bahwa fatwa tersebut adalah kesalahan yang nyata?
Di antara mesjid dlirar adalah mesjid-mesjid yang dibangun oleh jama’ah-jama’ah, partai-partai dan kelompok-kelompok tertentu yang khusus bagi mereka, agar mereka menyendiri dengannya dari mesjid-mesjid kaum muslimin yang umum.[5]
Iaitu sangat serupa dengan biara-biara kaum shufi yang dengan sebabnya mereka meninggalkan mesjid-mesjid kaum muslimin, dan seperti Husainiyyah, kaum Rafidlah!! Ini semua memiliki makna dlirar, dan wajib atas kaum muslimin yang mampu untuk, melenyapkan dan merobohkannya.