Merapi Meletus
Gajah Borobudur Sudah Bisa Bercanda lagi
Sekumpulan gajah Taman Wisata Borobudur tampak sudah bercanda lagi berada di "pengungsian" Kebun Binatang Gembira Loka.

TRIBUNNEWS.COM, JOGJA- Nazaruddin (45), maohut (pawang) senior gajah berdiri santai melihat sekumpulan gajah di Kebun Binatang Gembira Loka. Di pinggir pagar kandang itu Nazar memantau 5 gajah milik Taman Wisata Borobudur yang dievakuasi Sabtu-Minggu (13-14/11) lalu.
“Mereka (gajah) perlu adaptasi untuk disatukan dalam satu kandang. Kebetulan gajah-gajah dari Borobudur ini cepat beradaptasi karena ternyata mereka satu kelompok saat berada di hutan Lampung,” lontar Nazar saat ditemui Tribun Jogja, Minggu (14/11).
Kondisi gajah-gajah yang dievakuasi dari bahaya vulkanik abu Merapi itu mulai membaik. Mereka kembali berkumpul menjadi satu kelompok seperti saat berada dalam koloni di hutan Lampung.
”Abu vulkanik cukup banyak efeknya bagi gajah-gajah ini. Selain mata, abu yang bercampur pada air minum dan makanan akan berpengaruh pada organ tubuhnya. Lihat saja, saat kami evakuasi matanya merah,” tandasnya.
Kemarin, kondisi mata lima gajah Borobudur itu mulai pulih setelah diobati tim medis hewan Gembira Loka. ”Kotoran sudah diambil sampelnya untuk dicek kondisinya. Tapi kasat mata kondisi fisik gajah-gajah ini sehat. Nggak tahu nanti hasil laboratorium dari sampel kotoran itu,” jelas Nazar.
Kecepatan dan kesabaran Nazar membuat lima gajah Borobudur itu mau diangkut ke atas bak truk tronton. Maohut senior Pusat Konservasi Gajah Way Kambas Lampung tersebut menuturkan gajah-gajah bernama Lizi, Shella, Echa, Molly (betina), dan Bona (jantan) belum terlatih naik truk. Praktis, perlu ada sentuhan dan kesabaran agar gajah tidak takut.
”Gajah itu sangat sensitif. Tak hanya gajah, maohut-maohut di sini (Gembira Loka dan Borobudur, Red) juga belum terlatih. Perlu kesabaran untuk ”membujuk” gajah agar mau naik truk,” jelas Wakil Koordinator PKG Way Kambas yang diundang khusus Gembira Loka untuk evakuasi 5 gajah itu.
Tak ada kesulitan bagi Nazar untuk menangani gajah-gajah Borobudur itu. Itu tak lain karena pria yang telah mengabdikan diri sebagai pawang gajah selama 26 tahun itu yang menangani gajah-gajah milik Borobudur dan Gembira Loka tersebut saat masih dalam konservasi di Way Kambas Lampung sekitar 10 tahun silam.
”Insting gajah itu sangat kuat. Kalau mereka tak berasal dari satu kelompok di hutan, mereka bisa saling bertarung. Komunikasi untuk mengenal antargajah dilakukan lewat suara dan belalainya. Mereka awalnya akan saling curiga, tapi kalau sudah saling kenal karena dulunya satu kelompok, mereka akan seperti ini,” terang Nazar sambil menunjukkan perilaku gajah yang saling bercanda.
Karena keseniorannya itulah nazar diundang khusus untuk memimpin proses evakuasi lima gajah Borobudur itu dari ancaman abu vulkanik Gunung Merapi. Menurutnya, evakuasi ini seharusnya dilakukan sejak kawasan Borobudur diguyur hujan abu Merapi.
Terpisah, Direktur Utama Gembira Loka KMT Tirtodiningrat menyatakan evakuasi tersebut melibatkan pihaknya bersama Taman Wisata Borobudur, Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DIJ-Jateng, dan South East Asian Zoo Association (SEAZA). Gajah-gajah evakuasi itu akan berada di Gembira Loka hingga satu bulan mendatang.
”Ini penitipan sementara sampai kondisi Merapi benar-benar aman. Tambahan gajah dari Borobudur ini menambah koleksi gajah di kandang Gembira Loka. Saat ini di sini ada 11 gajah. Sebelumnya kami ada 4 gajah, dua titipan dari Keraton Yogyakarta,” timpal pria yang lebih dikenal dengan nama Joko Tirtono itu. (*)