Selasa, 30 September 2025

Banjir di Jakarta

Ternyata Banjir 2020 Pernah Melanda Monas pada Tahun 1897

Bahkan di Jakarta yang merupakan ibu kota, banjir seperti ini pernah melanda kawasan Monas pada masa lampau, tepatnya tahun 1897.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
Tribunnews.com/ Taufik Ismail
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan bersama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono memantau banjir di Monas, Jakarta, Rabu (1/1/2020). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tingginya curah hujan yang terjadi sejak malam pergantian tahun di Jabodetabek telah menyebabkan banjir di wilayah Jakarta dan kota penyangga di sekitarnya.

Melihat bencana yang terjadi saat ini, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan fenomena seperti ini pernah terjadi puluhan tahun hingga ratusan tahun lalu.

"Ini adalah peristiwa alam yang merupakan siklus dari sekian puluh tahun atau sekian ratus tahun," ujar Doni, di Gedung BPPT 2, Jakarta Pusat, Jumat (3/1/2020).

Baca: PDIP: Pencegahan dan Pengendalian Banjir Menentukan Kualitas Kepemimpinan Daerah

Bahkan di Jakarta yang merupakan ibu kota, banjir seperti ini pernah melanda kawasan Monas pada masa lampau, tepatnya tahun 1897.

"Jika kita lihat pada masa lalu ternyata di Monas pernah banjir," kata Doni.

Untuk menanggulangi bencana seperti banjir, tentunya memerlukan pemahaman dari banyak pihak, baik stake holder maupun masyarakat bahwa Jabodetabek membutuhkan banyak daerah resapan yang kini mulai tergerus oleh pembangunan bangunan modern dan pemukiman.

Baca: Banjir Jakarta Sebabkan Listrik Padam, Muncul Jasa Isi Daya Ponsel Dadakan

Doni pun menegaskan imbauannya, agar jangan pernah menantang alam.

Karena jika alam sudah rusak, maka manusia yang akan mengalami dampak buruknya.

"Jika kita menghadapi upaya untuk menantang (alam) tentunya tidak (boleh) seperti itu, tidak ada satu pun manusia yang dapat menaklukkan alam," tegas Doni.

Terkait tingginya intensitas hujan yang terjadi saat ini hingga menyebabkan banjir di Jabodetabek, pemerintah pun mulai ambil tindakan.

Baca: Intensitas Curah Hujan 2020 Tertinggi Sepanjang 2 Dekade Ini, BPPT Modifikasi Cuaca

Saat ini pemerintah melalui BNPB, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta TNI Angkatan Udara (AU) tengah melakukan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan.

Operasi tersebut dilaksanakan oleh Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) di bawah kendali BPPT.

Sebanyak 22 ton garam atau Natrium Klorida (NaCl) digunakan sebagai bahan semai pada potensi awan hujan yang ada agar hujan jatuh di wilayah lain sebelum sampai ke wilayah Jabodetabek.

Seperti yang disampaikan Kepala BPPT Hammam Riza pada kesempatan yang sama.

"Kami sudah siapkan 22 ton bahan semai dan segera ditambah lagi stoknya," ujar Hammam.

Dalam upaya untuk melakukan penyemaian garam pada potensi awan hujan, ada empat sorti penerbangan yang dilakukan setiap harinya.

Langkah ini dilakukan agar penyemaian awan bisa dilakukan secara optimal, sehingga air hujan nantinya jatuh sebelum mencapai wilayah Jakarta dan kota penyangga di sekitarnya.

Sementara itu, TNI AU telah menyediakan armadanya untuk kembali dipinjamkan pada operasi TMC.

Sebelumnya, TNI AU juga berkontribusi pada operasi TMC terkait penanganan bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang melanda sejumlah daerah di Indonesia beberapa waktu lalu.

Untuk kali ini, TNI AU mengerahkan dua jenis pesawatnya yakni CN295 dan Casa.

Sedangkan satu unit Hercules disiagakan sebagai armada opsional.

Operasi hujan buatan dilakukan mulai 3 Januari 2020 dan diawali dengan kegiatan monitoring pertumbuhan dan pergerakan awan.

Rencananya, hujan buatan ini akan diturunkan di kawasan Selat Sunda atau Lampung, hal ini tergantung dari arah angin.

Terkait tim yang dikerahkan untuk melakukan penyemaian garam pada potensi awan, BPPT menyiapkan 15 personelnya.

Baca: Banjir Genangi Jakarta, Anies Baswedan: Anak-Anak Senang dan Suka Berenang

Dalam operasi hujan buatan ini, kata Hammam, tentunya peran BMKG sangat penting dalam memberikan informasi akurat terkait cuaca hingga pergerakan angin.

"Kita perlu data-data cuaca yang akurat dari BMKG, terkait awan hujan, pergerakan angin dan lain-lain," jelas Hammam.

Melalui informasi itulah, tim BBTMC BPPT nantinya bisa menentukan langkah yang tepat dalam melaksanakan operasinya.

"Sehingga ahli TMC bisa simulasi dan antisipasi," kata Hammam.

Senada dengan apa yang disampaikan Hammam, Kepala BBTMC Tri Handoko Seto menjelaskan bahwa operasi ini memang ditargetkan untuk menjatuhkan air hujan di wilayah lainnya sebelum mencapai ibu kota dan kota di sekitarnya.

"Semua awan yang bergerak ke Jabodetabek dan diperkirakan akan hujan di Jabodetabek akan disemai dengan pesawat menggunakan bahan semai NaCl. Diharapkan awan (hujan) akan jatuh sebelum memasuki Jabodetabek," kata Seto.

Ia menyebut operasi ini mampu mengurangi sekitar 30 hingga 50 persen potensi hujan yang akan turun di wilayah Jabodetabek.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan