Selasa, 30 September 2025

Kasus Geng Sekolah, Siswa MTS Madrasah Pembangunan Dipukuli Hingga Dicekoki Miras oleh Alumni

Mereka dipukul dan ditampar, disuruh push up sambil diduduki punggungnya, dicekoki miras oplosan, disuruh merokok oleh para senior itu.

Editor: Sanusi
Tribun Jakarta
Rapat pertemuan antara orang tua korban penganiayaan dengan pelaku. Penganiayaan dilakukan di MTS Madrasah Pembangunan Ciputat, Tangerang Selatan. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir

TRIBUNNEWS.COM, TANGSEL - Masih ada saja budaya penataran di sekolah tingkat SMP di Tangerang Selatan (Tangsel). Junior yang tidak tidak mengikuti kata senior, habis dianiaya.

Hal itu yang terjadi pada sembilan siswa MTS Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat: MD, AD, KSN, RJH, JS, MSY, N, FN dan MFM.

Sembilan anak ini dianiaya lima orang seniornya yang sudah alumni dan tersebar di sejumlah SMA di Tangsel dan Jakarta Selatan.

Kelima senior itu adalah: H, R, FA, DAD dan K.

Mereka dipukul dan ditampar, disuruh push up sambil diduduki punggungnya, dicekoki miras oplosan, disuruh merokok oleh para senior itu.

Bahkan ada anak yang disuruh mematikan rokok menggunakan lidah.

Pukulan yang bukan bercanda karena sangat keras itu membuat wajah para anak-anak yang ditatar bonyok.

Bahkan ada salah seorang anak yang mengaku sakit saat bernapas karena dadanya dipukul.

Kejadian pada Senin dan Selasa (14-15/10/2019) itu ketahuan setelah kesembilan anak akhirnya bercerita soal kondisi wajah dan badan mereka yang penuh luka lebam.

Para orang tua itupun akhirnya bertemu. Mereka juga sempat rapat dengan orang tua para pelaku dan pihak sekolah sampai akhirnya diputuskan untuk melanjutkan kasus itu ke polisi pada Sabtu (2/11/2019).

Iqbal, salah satu orang tua korban, mengatakan, pangkal masalahnya adalah, karena kesembilan junior itu ingin keluar dari gengster bernama Vembajak.

Di geng itu, para junior harus mengumpulkan uang sampai Rp 80 ribu per minggu. Uang itu digunakan untuk membeli miras sampai peralatan tawuran, dari mulai gear motor sampai celurit.

Para senior yang mengetahui para juniornya ingin keluar dan mulai tidak nongkrong bareng lagi itu kesal.

"Sebenarnya anak saya dan yang lainnya ingin keluar. Mereka enggak nongkrong lagi. Eh taunya malah dijemput dan dikumpulin sampai dipukulin gitu," ujar Iqbal di Ciputat.

Halaman
12
Sumber: TribunJakarta
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan