Komitmen Forkom Fakultas Kedokteran PTS Jakarta Jadi Barometer FK Daerah
Forkom bukan bicara membahas polarisasi kelompok tapi sebagai satu wadah, sebuah forum diskusi untuk kemajuan bersama.

Seberapa jauh pemerintah memberikan afirmasi dalam bentuk hibah mutu atau hibah sarana dan prasarana perlu disuarakan berdasarkan evidence sesuai kebutuhan dan contoh perlakuan di regional dan internasional. Ini kita bisa bahas bersama.
"Bagaimana sikap kita agar upaya masing-masing FK ini betul-betul juga dihargai dalam penentuan sistem ujian. Tentu tidak harus sama. Tapi jangan sampai pula tidak ada afirmasi sedikit pun," urai mantan Wamen Mendiknas era Presiden SBY ini.
Menurutnya jika pemerintah ingin suatu benchmark mutu tertentu. Maka terhadap FK swasta yang belum memenuhi dan mencapai prosentase yang disyaratkan maka pemerintah harus bisa turun tangan dengan melakukan kerja sama FK swasta ini. Apa masalah yang terjadi?
"Disini kita dapat agregat, apa yg menurut Forkom perlu dibantu. Pemerintah jangan hanya menyalahkan saja. Itu saya kira peran-peran strategis yang bisa dilakukan bersama,"ujarnya.
Untuk akreditasi nasional dan intenasional pun, Forkom juga bisa bekerja sama untuk saling membantu. Misalnya dalam kerja sama capacity building para dosen dan mahasiswa, joint seminar internasional, membuka reviewer untuk sumbangan tulisan ilmiah bagi jurnal internasional.
"Begitu pun juga jika kita ingin membuat jurnal ada kawan yang secara sukarela bisa ikut mengisinya. Juga kerja sama pertukaran artikel. Daripada dikirim artikel ke tempat lain, lebih baik dikirim untuk mengisi jurnal yang kita bikin bersama terlebih dulu," katanya.
Fasli menegaskan kalau makin banyak yang dilakukan Forkom untuk anggotanya maka akan terasa bonding sebagai forum bersama yang dibutuhkan anggota dan bisa ikut berkontribusi sebagai role model kepada FK di regional lain meskipun misal hanya ada 2 atau 3 FK saja di daerah.
Tegasnya, jika mereka bisa bergabung bersama akan menjadi kekuatan dahsyat daripada berjalan sendiri-sendiri.
Ketua Yayasan YARSI Prof Jurnalis Uddin pada kesempatan itu juga mengatakan kabar baik bahwa Universitas YARSI akan menjadi host dalam International Conference on Bioinformatics 2019 (APBIONET) bersamaan dengan Southeast Asia Pharmacogenomics Research Network (SEAPharm) Meeting dan GOBLET Annual General Meeting yang akan dihelat bulan September ini.
"Perjuangan ini tidaklah mudah karena harus bersaing dengan negara lain. Namun berkat upaya dan meyakinkan secara keras, akhirnya panitia internasional menyetujui kita jadi host. Saya kira kawan-kawan di Forkom bisa memanfaatkan topik-topik lain untuk sama-sama diperjuangkan," ungkap Prof Jurnalis.
Pihaknya berharap dana hibah dari Kemristek Dikti bisa lebih sering didapatkan.
"Maunya kalau dana hibah bisa didapatkan secara rutin, paling tidak setiap bulan pun bisa terus digelar konferensi internasional. Maunya seperti itu. Tapi jika pun tidak harus rutin, paling tidak setahun 1 kali bahkan bisa dua atau tiga untuk tahun-tahun yang akan datang,"jelasnya.
Prof Jurnalis mengharapkan kawan-kawan di Forkom bisa bicara dalam konferensi internasional itu.
"Bioinformatics sebagai ilmu baru gabungan TI dan biologi adalah hal yang baru. Orang TI harus mau belajar Ilmu Biologi begitu pun sebaliknya orang Biologi harus belajar ilmu TI. Saya kira ini bagus dan prospektif. Ke depan pasti banyak peminatnya, maka YARSI juga akan menyiapkan Prodi ini, tentu dengan memenuhi persyaratan yang diberlakukan," ucap Jurnalis.
Sedangkan Ketua Forkom FK, dr Rika Yuliwulandari meski pada saat itu tidak hadir karena sakit, kepada pers, mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi kehadiran dan perhatian para senior dalam Kepengurusan Forkom sebelumnya yang masih selalu peduli, bisa bersilaturahmi dan saling berkoordinasi dalam memajukan Forkom serta menjaga eksistensi Forkom karena memang masih sangat dibutuhkan dalam membantu pengembangan FK merespon tuntutan perubahan global.