Duta Damai Dunia Maya ini Sesuatu yang Baru dan Bagus kata Iwan Gardono Sujatmiko
Mengingat karakter dunia maya yang tak terbatas (borderless), maka gerakan kaum milenial peduli perdamaian melalui dunia maya
“Perbandingannya antara program edukasi dan sinetron itu ya 50:50 lah. Karena kalau tidak dilakukan seperti itu generasi milenial ini otaknya mudah tercuci dengan tayangan-tayangan yang mengandung unsur kebencian, kekerasan atau intoleransi,” ucapnya.
Menurutnya, setelah infrastruktur telah banyak dibangun negara kita ini maka selanjutnya Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa ini juga harus dipekuat.
“Tapi kalau SDMnya ada, jika suasana rasa solidaritasnya tidak ada ya tetap akan susah. Bahkan bukan hanya di tingkat SMA saja, di PAUD, SD bibit-bibit radikalisme itu sudah mulai ada,” ujarnya.
Karena di dunia maya sekarang ini sudah banyak digerilya oleh kelompok-kelompok radikal baik di sosmed dan lainnya mengenai hal-hal yang bersifat kekerasan, intoleransi dan sebagainya. “Itu yang terjadi. Kalau tidak di counter ya tentunya akan membuat suasana bangsa ini bisa semakin buruk. Tidak hanya di bansga ini saja, tetapi di negeri lain juga akan berdampak,” kata pria yang juga menjadi anggota Kelompok Ahli BNPT bidang Sosiologi ini.
Untuk itu dirinya kembali menghimbau agar pihak harus ikut turun tangan untuk membangun generasi milenial ini untuk lebih peduli terhadap perdamaian. Karena mengandalkan peran orang tua sebagai pendidik di lingkungan keluarga saja menurutnya tidak cukup.
“Tidak cukup. Jadi harus semua pihak, sekolah, pemerintah dan bahkan televisi harus memberikan edukasi yang positif, tayangan tentang budi pekerti. Televisi inikan banyak program acaranya, hiburan boleh, tetapi kan tidak hanya tayangan hiburan saja. Karena tayangan tentang budi pekerti ini akan membangkitkan karakter anak untuk bisa membangun perdamaian juga,” tuturnya.