Rabu, 1 Oktober 2025

BMKG: Jakarta Aman dari Potensi Tsunami Jika Terjadi Gempa Besar di Selat Sunda

BMKG melakukan pemodelan di Selat Sunda karena lokasi itu sebagai tempat lempeng tektonik Sunda Megathrust.

Editor: Choirul Arifin
Tribun Lampung/Dedi Sutomo
Rumah warga Desa Kunjir, Kecamatan Rajabasa yang rusak akibat tsunami Selat Sunda. TRIBUN LAMPUNG/DEDI SUTOMO 

Laporan Reporter Warta Kota, Junianto Hamonangan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan wilayah DKI Jakarta aman dari potensi tsunami. Namun, potensi gelombang tsunami  itu bisa terwujud apabila gempa di Selat Sunda lebih dari magnitudo 8,7 SR

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono mengatakan, pernyataan itu diperoleh dari hasil pemodelan yang dilakukan BMKG.

Alasannya, gelombang tsunami di pesisir Jakarta diperkirakan hanya mencapai angka puluhan centimeter.

"Kalau dari semua itu kalau di Jakarta kami modelling-nya kan dari Selat Sunda semua dan dengan magnitudo 8,7 saja tidak begitu signifikan untuk di Jakarta,” kata Rahmat Triyono, Kamis (28/2/2019).

Hal itu diungkapkan Rahmat Triyon usai  diskusi 'Amankah Jakarta dari Tsunami?' di Candi Bentar Hall, Putri Duyung Ancol, Jakarta Utara, Kamis (28/2/2019).

Baca: BMKG: Jakarta Aman dari Potensi Tsunami Jika Terjadi Gempa Besar di Selat Sunda

BMKG melakukan pemodelan di Selat Sunda karena lokasi itu sebagai tempat lempeng tektonik Sunda Megathrust. Pemodelan yang dilakukan mempunyai variasi skenario yang berbeda-beda ditinjau dari kedalaman dan magnitudo gempa.

Baca: Waspadai Modus Penipuan Melalui Aplikasi Whatsapp, Contohnya Seperti Dilakukan Agus Ini

“Ada sekitar 18.000 berbagai skenario kalau magnitudo 8,7 kedalaman 10 kilometer dampaknya begini, kedalaman 11 kilometer dampaknya begini, dan seterusnya,” katanya.

Menurut Rahmat, angka magnitudo 8,7 diambil BMKG berdasarkan faktor sejarah dan prediksi para pakar. Namun tidak menutup kemungkinan DKI Jakarta terdampak tsunami jika di Selat Sunda terjadi gempa lebih dari magnitudo 8,7.

“Ada gempa sejarah maksimalnya 8 (magnitudo), maka dibuat lah kalau 8, ketinggian tsunaminya katakan lah tiga meter, maka dibangun tembok empat meter," katanya.

"Yang terjadi apa, ternyata kemarin kan 9, keluar dari sejarah."

Kondisi tersebut pernah terjadi di Sendai, Jepang, pada tahun 2010 silam. Ketika itu gelombang tsunami yang terjadi di luar prediksi karena kekuatan gempa yang lebih besar dari yang pernah ada dalam catatan sejarah.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved