Rabu, 1 Oktober 2025

Kisah Sarono, Seorang Pemecah Batu yang Hidupi 75 Anak Yatim Piatu

"Sudah banyak (pasirnya) tetapi enggak ada yang beli. Terus ada ibu-ibu nanyain ini buat apa, saya bilang ini buat pasir," katanya

TribunJakarta.com/Dionisius Arya Bima Suci
Sarono (61), pemecah batu tunanetra di Jakarta Timur, Rabu (20/2/2019) 

Sarono mengaku tak mematok harga untuk menjual hasil pecahan batu yang telah menjadi pasir. Pria asal Kebumen, Jawa Tengah ini rela dibayar berapa pun sesuai keikhlasan sang pembeli.

Baca: Bocah 12 Tahun Menyambi Dagang Cilok Sambil Sekolah untuk Bantu Beli Susu Adik

"Pendapatan enggak tentu walaupun prosesnya lama. Saya jual juga enggak patokin harga, seikhlasnya saja yang mau beli sekarung berapa," ujar Sarono.

"Biasanya ada yang beli Rp 10.000 sekarung ada yang Rp 20.000 minta 3 karung ya Alhamdullillah enggak apa-apa," sambung dia.

Biayai 75 anak Yatim Piatu

Meski pendapatannya tak seberapa, Sarono mengaku terpanggil untuk membantu anak yatim piatu.

Semua itu berawal ketika ia bertemu dengan seorang ibu yang membawa anak dan diketahui sudah tak mempunyai ayah.

Baca: Yatim Piatu, Begini Kisah Hidup Ronaldikin yang Tetap Rendah Hati Meski Sudah Terkenal

"Jadi pertama saya sndiri enggak nyari anak yatim tapi Allah gerakin. Waktu itu saya ke Pasar Gembrong, saya masih bisa samar-samar melihat tahun 2002 saya beli makanan burung karena dulu hobi melihara burung," kata Sarono.

"Pas mau pulang naik angkot ada ibu-ibu bantu nyetopin (angkot) ibunya gendong anak, anaknya teriak mau jajan saya kasih ongkos sedikit. Akhirnya setelah itu saya coba ke rumah ibu itu, saya samperin tanya RT soal benar enggak sudah yatim. Ternyata benar. Ya dari situ saya mulai membantu anak-anak," ucap dia.

Sarono mengaku bersyukur bisa membantu para anak yatim. Sebab, ia pun tak mempunyai anak kandung dan hanya tinggal berdua dengan istrinya di rumah kecil yang tak jauh dari lokasi ia memecahkan batu.

Hingga kini, anak yatim yang dibiayai pendidikannya oleh Sarono berjumlah 75 orang.

Anak-anak ini memang tak menetap di rumahnya, tetapi selalu datang mengunjungi Sarono dan istrinya ke rumah untuk mengaji bersama, bermain, maupun berkumpul.

"Saya mulai merawat anak yatim maupun duafa yang punya ayah tetapi enggak pernah diurusin. Saya berani tanggung jawab ke Allah, saya urusin anak ini," ujar Sarono.

Bahkan, beberapa dari anak angkatnya sudah duduk di bangku kuliah atau bekerja. Dibantu Untuk membiayai pendidikan para anak yatim itu, Sarono sebenarnya tak sendiri.

Ia mengaku dibantu para donatur yang sering memberikan sumbangan untuk membantu pendidikan puluhan anak angkatnya.

"Saya bukan yayasan, saya mendidik anak-anak hanya meminta kepada Allah, tetapi alhamdullillah ada saja donatur yang datang. Ada dari Cipinang, Rawa Belong, Bekasi, Depok, pernah juga dari Singapura sampai London itu kasih sumbangan," kata dia.

Baca: Inspiratif! Meski Disabilitas, Pengajar Ini Gigih Membagi Ilmu

Ia berharap, apa yang diusahakannya saat ini bisa membawa kebaikan dan manfaat bagi para anak angkatnya.

"Ini kan sedekah jariyah, insya allah walaupun sedikit tetapi bisa bantu saya ketika sudah enggak di dunia," ujar dia. (Kompas.com/TribunJakarta.com)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved