Ramadan 2018
Masjid Agung Al Barkah Pernah Jadi Markas Pejuang Bekasi Melawan Penjajah
Masjid dibangun di atas tanah wakaf (Almarhum) Haji Barun seluas 3.000 meter persegi di Jalan Veteran.
Laporan Reporter Warta Kota, Muhammad Azzam
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Hampir semua warga Kota Bekasi mengenal Masjid Agung Al Barkah yang berada di kawasan alun-alun Kota Bekasi.
Sebagian besar warga Kota Patriot mungkin pernah salat di Masjid Agung Al Barkah. Bahkan, mereka mengenal masjid ini sebagai bagian sejarah Kota Bekasi.
Ya, masjid yang berada di kawasan alun-alun Kota Bekasi pernah menjadi basecamp para pejuang dalam melawan penjajah.
Abdul Hadie, Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Agung Al-Barkah, menceritakan, Masjid Agung Al-Barkah berdiri sejak tahun 1890.
Pendirian masjid ini dipelopori oleh penghulu lanraad (almarhum) H Abdul Hamid.
Masjid dibangun di atas tanah wakaf (Almarhum) Haji Barun seluas 3.000 meter persegi di Jalan Veteran.
"Tempat ibadah yang dibangun di atas tanah wakaf Almarhum Barun ini pernah menjadi basis perjuangan, dipakai oleh para pejuang dalam rangka menyusun strategi melawan penjajah,” ujar Abdul Hadie saat ditemui Warta Kota, RAbu (23/5/2018).
Baca: Go-Jek Siap Ekspansi ke Vietnam, Thailand, Singapura dan Filipina
Salah satu pejuang yakni KH Noer Ali. Sosoknya terkenal di seantero Bekasi.
KH Noer Ali kerap menjadikan Masjid Agung Al-Barkah sebagai pusat komando strategi pasukan Hizbullah yang dipimpinnya.
Lokasi masjid yang berada tepat di Alun-alun kota membuat lokasi tersebut dipandang strategis.
"Masjid ini dirintas oleh tokoh alim ulama setempat, dan menjadi saksi perjuangan rakyat Bekasi melawan kolonialisme, mereka dikuatkan secara agama dan mental oleh para ulama untuk dapat mengusir dan melawan penjajah,"ujar Abdul Hadie.
Seiring berjalannya waktu, Masjid Agung Al-Barkah mengalami banyak perubahan. Setelah masa penjajahan, fungsi masjid yang menjadi ikon Kota Bekasi terus dijaga.
Warga Iuran Rp 5
Masjid Agung Al Barkah pertama kali direnovasi pada tahun 1969. Renovasi ini pada masa Bupati MS Sabandi melalui dana swadaya masyarakat dengan iuran Rp 5 per kepala.
Renovasi kembali dilakukan menjelang Bekasi menjadi tuan rumah MTQ Jawa Barat pada tahun 1988.
Rrenovasi Masjid Agung Al Barkah kembali dilakukan pada tahun 1997 dan tahun 2002.
Baca: DFSK Pamerkan Full Line Up Mobilnya di Arena Jakarta Fair 2018
Pada 2004 tercetus gagasan untuk merenovasi secara besar-besara masjid sarat nilai perjuangan tersebut.
Pada 26 Juni 2004, seusai salat subuh gabungan yang disaksikan sekitar 1.000 jamaah bersama ulama dan tokoh masyarakat, dilakukan peletakan batu pertama untuk pembangunan kembali Masjid Al-Barkah Bekasi.
“Pembangunan ini dilakukan atas dasar nazar Akhmad Zurfaih, sebagai Walikota Bekasi saat itu,” ucapnya.
Pembangunan pada masa kepemimpinan Akhmad Zurfaih menghasilkan dua menara dan satu kubah. Pembangunan ini merupakan pembangunan tahap pertama.
Walikota berikutnya Mochtar Muhamad melanjutkan pembangunan tahap kedua yaitu pembangunan pengimaman, dua menara dan satu kubah.
Beberapa kali pembangunan dilakukan, membuat bentuk masjid banyak berubah. Namun, ada satu ruangan yang tidak diutak-atik sama sekali karena bernilai sejarah tinggi yakni aula masjid.
“Aula merupakan saksi bisu sejarah masjid ini, sekaligus sejarah perjuangan para pendahulu,” ujar Abdul Hadie.