Walau Miliki Keterbatasan Fisik, Subandi Memberi Contoh Para Pencari SIM
Dengan cekatan Subandi (38) meliuk-liuk di antara rintangan lintasan ujian praktik sepeda motor di Satpas SIM Trenggalek.
TRIBUNNEWS.COM, TRENGGALEK - Dengan cekatan Subandi (38) meliuk-liuk di antara rintangan lintasan ujian praktik sepeda motor di Satpas SIM Trenggalek.
Tidak ada satu pun kesalahan dilakukannya.
Sementara para pencari Surat Izin Mengemudi (SIM) mengamati dengan cermat.
Subandi pembantu penguji pemohon SIM C. Tugasnya memberikan contoh cara berkendara yang baik, sehingga bisa melewati rintangan ujian praktik.
Luar biasanya, Subandi memiliki kondisi fisik yang tidak sempurna.
Baca: Warga Darangdan Doakan Dedi Mulyadi Ikut Maju Pilgub Jabar
Kedua tangannya hanya sebatas siku. Meski demikian Subandi sangat percaya diri. Warga Desa Puru, Kecamatan Suruh ini juga mempunyai kemampuan layaknya orang normal.
"Harus punya motivasi pribadi. Percaya kemampuan yang dititipkan Tuhan dan jangan ragu untuk mencoba," ujar Subandi, saat ditemui di Satpas SIM Polres Trenggalek.
Subandi berkisah, dirinya sudah belajar mengendarai motor sejak kelas 1 SMK. Setelah lulus sekolah, Subandi bekerja sebagai sales parfum.
Setiap hari ia naik motor hingga ke wilayah sekitar, seperti Tulungagung, Ponorogo, bahkan Magetan.
Pekerjaan ini ditekuninya dari tahun 1998 hingga 2006. Subandi kemudian pindah ke Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur membantu orang tuanya menanam sayur.
Baca: Hadapi Cuaca Ekstrem, Kemensos Siagakan 35 Ribu Tagana
Tahun 2012 Subandi sempat balik ke Trenggalek untuk mencari SIM.
Subandi orang pertama yang mendapatkan SIM D, SIM untuk warga berkebutuhan khusus.
Saat itulah Subandi kenal dengan Kepala Urusan Registrasi dan Identifikasi (Kaur Regident) Satlastas Trenggalek. Usai mendapat SIM D Subandi balik ke Kalimantan Timur.
"Tahun 2013 saya telepon Pak KRI (Regident) sekedar tanya, apakah ada pekerjaan yang bisa saya kerjakan. Saat itu saya langsung diminta pulang," kenang Subandi.
Subandi dipekerjakan sebagai pembantu umum di Satpas SIM. Apa saja dia kerjakan, mulai bersih-bersih hingga merapikan berkas.
Namun di sela pekerjaannya Subandi sering mencoba motor ujian praktik SIM.
Ternyata kemampuannya menaklukkan rintangan ujian SIM itu diketahui Kaur Regident.
Tahun 2014 Subandi ditunjuk untuk memberi contoh praktik motor.
Kini sudah tiga tahun Subandi mengemban tugas ini.
"Ujian SIM ini bukan adu pintar mengendarai motor. Tapi bagaimana kita berkendara yang benar, mengandalkan keseimbangan dan teknik berkendara," ujarnya.
Bukan lihai di lintasan ujian SIM. Subandi setiap hari juga naik motor dari rumahnya ke Satpas SIM, sejauh 22 kilometer.
Saat perpanjangan SIM tahun ini, Subandi tidak lagi mendapatkan SIM D namun SIM C.
Ditanya tekniknya berkendara, bungsu dari enam bersaudara ini mengaku menempatkan tangan di dekat dashboard.
Dengan cara ini memudahkan untuk mengontrol keseimbangan. Selain itu Subandi mengandalkan pengereman roda belakang.
"Roda depan itu penyeimbang. Kalau dihentikan pasti motor oleng. Kalau roda belakang yang direm, roda depan masih bisa digerakkan untuk mencari keseimbangan," pungkasnya.
Kini Subandi juga tengah digembleng untuk juga memberikan contoh ujian praktik SIM A. Subandi juga telah lihai memainkan setir mobil. Namun saat ini Subandi masih didampingi seorang polisi.
Baur SIM, Satpas SIM Trenggalek, Aiptu Ahmad Fatoni mengatakan, Subandi berstatus Pegawai Harian Lepas (PHL).
Namun keberadaannya sangat membantu Satpas SIM Trenggalek. Ia sengaja ditunjuk untuk memberi contoh ujian praktik, dengan harapan bisa memberikan motivasi.
"Masyarakat umum bisa melihat, ternyata rekan kita yang difabel saja bisa melewati rintangan (ujian praktik). Harapannya mereka semangat dan bisa menunjukkan kemampuan terbaiknya," ujar Fatoni.(Surya)