Sabtu, 4 Oktober 2025

Banjir Jakarta

Cerita Nenek Maisaroh Terjebak Banjir, Pecahkan Kaca Jendela Demi Selamat

nenek Maisaroh menceritakan sesaat sebelum tanggul diwilayahnya tersebut jebol.

Editor: Johnson Simanjuntak
Fransiskus Adhiyuda Prasetia/Tribunnews.com
Maisaroh 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Maisaroh (64), tengah sibuk membersihkan di rumahnya di RT 03 RW 06, Kampung Air, Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Kesibukan nenek Maisarih bukan tanpa alasan, pasalnya, hujan lebat yang menggugur Jakarta, Minggu (12/11/2017) menyebabkan rumahnya yang berada kurang lebih 10 meter dari kali terendam banjir setinggi 1,2 meter.

Selain hujan lebat, tanggul yang menahan air di kali Kampung Air tidak bisa menahan derasnya air yang mengakibatkan tanggul jebol dan semakin memeperparah banjir.

Kepada Tribunnews.com, nenek Maisaroh menceritakan sesaat sebelum tanggul diwilayahnya tersebut jebol.

Ia mengaku mendapat telpon dari sang anak yang tinggal di kawasan Parung, Bogor bahwa disana sedang hujan lebat.

"Sebelum tanggung jebol, anak saya yang di Parung telpon 'Mak, disana hujan tidak?' Saya jawab disini hanya hujan cuman tidak begitu deras."

"Lalu anak saya bilang, 'disini hujan deras Mak, takut banjir disana.' Saya pikir yaa tidak mungkin banjir, kalaupun banjir paling semata kaki saja," tutur Maisaroh sembari memberiskan rumahnya yang penuh lumpur.

Baca: Fahri Hamzah Sebut Setya Novanto Didatangi Untuk Diajak Nego

Namun, tak berselang lama, tepatnya pukul 17.30 WIB, tanggul yang hanya berjarak 10 meter dari rumahnya jebol yang mengakibatkan banjir di kawasan Kampung Air.

Ia yang tinggal bersama sang suami, Singgih (75) sempat berusaha menyelematkan barang-barang rumah tangga namun tidak sempat.

"Waktu itu, bapak teriak, 'Bu, cepat gulung kasur. Airnya mulai masuk rumah bu," kata Maisaroh menirukan ucapan suaminya.

Karena air dari tanggul yang jebol sangat deras, alhasil, nenek Maisaroh tidak menyelamatkan kasur maupun barang-barang lainnya.

"Ambiar semua mas, air langsung masuk kedalan rumah. Enggak ada yang bisa diselamatin barang-barang rumah," ucapnya sembari mengecek lemari pakaian yang terlihat penuh lumpur.

Setelah air terus masuk ke dalam rumah, lanjut Maisaroh, ia dan sang suami terjebak didalam rumah.

Waktu banjir, banjir hampir seleher menggenangi dalam rumahnya.

Hal itu yang membuat kakek dan nenek ini terjebak didalam rumah.

"Air itu sudah sampai leher saya. Lalu saya bilang ke bapak 'pak, gimana ini kita bisa keluar pak? Airnya deras sekali'. Bapak sempat bilang 'yaudah kita didalam rumah saya',"

"Saat itu, saya pikir tidak mungkin, karena air semakin lama semakin tinggi. 'Mau sampai kapan pak dirumah dalam kondisi banjir' tanya saya ke bapak waktu itu,"

Maisaroh mengatakan saat itu ia dan sang sang suami tidak bisa keluar rumah karena aliran air begitu deras akibat tanggul jebol.

"Waktu itu tidak bisa keluar rumah karena airnya deras sekali. Nenek sama Kakek gini bisa-bisa keseret arus air," kata Maisaroh.

Karena merasa terjebak dan diliputi tasa panik, Nenek Maisaroh berusaha berteriak minta tolong ke warga sekitar.

Namun, hal tersebut sia-sia lantaran tetangga sekitar rumahnya sudah lebih dulu meninggalkan rumah karena banjir.

"Saya panik saat ini, teriak-teriak minta tolong engga ada yang nolongin, soalnya kan pada lari semua pada ngungsi," ucapnya.

Tak tinggal diam, nenek Maisaroh berusaha keluar rumahnya dengan memecahkan kaca dibagian belakang rumahnya.

Kaca jendela berukuran 100x70 cm tersebut tepat berada di dalam kamar mandi miliknya.

"Nenek waktu itu bingung mau keluar lewat mana. Cuman inget ada kaca di kamar mandi yang tembus ke belakang rumah. Lalu, Nenek ambil kursi dan memecahkan kaca kamar mandi."

"Disitu nenek teriak-teriak minta tolong. Untung ada beberapa warga ada yang mendengar dan mengambil tangga. Lalu nenek turun menerobos jendela dan tutun lewat tangga," ucap Maisaroh sembari mengusap keringatnya.

Kejadian tersebut, kata Maisarih tetap sebelum azan magrib berkumandang di wilayah rumahnya.

Setelah berhasil keluar rumah, Nenek Maisaroh berserta suaminya akhirnya memelih mengungsi ke Masjid Jami' Al-Ridwan Jatipadang, Jakarta Selatan.

Nenek Maisaroh menyampaikan meski rumahnya kerap dilanda banjir, namun ia enggan untuk pindah.

Ia hanya berharap kepada pemerintah, agar sungai yang mengalir di kawasan Kampung Air tersebut segera di keruk kembali.

Selain itu, ia menduga aliran sungai yang semakin ke hilir semakin sempit sehingga menyebabkan banjir dirumahnya dan kawasan Kampung Air terus tergenang banjir.

"Ya harapannya segera di keruk lagi sungainya, tidak hanya diwilayah sini tapi diwilayah sekitar supaya bisa menampung air lebih banyak," harap sang nenek dengan logat Betawinya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved