Aparat Gabungan Gerebek Lokasi yang Diduga Tempat Penyaluran TKI Ilegal di Condet
Bareskrim Mabes Polri dan Kementerian Ketenagakerjaan mengerebek sebuah rumah di kawasan Condet Jalan Batu Keyang, Batu Ampar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bareskrim Mabes Polri dan Kementerian Ketenagakerjaan mengerebek sebuah rumah di kawasan Condet Jalan Batu Keyang, Batu Ampar, Kramat Jati yang disinyalir sebagai tempat penyaluran TKI ilegal.
Adapun dalam pengrebekan tersebut sebanyak tujuh wanita ditemukan tengah berada didalam kamar berukuran 4x4 meter.
Baca: Ngaku Dibegal, Ternyata Sopir Rental Ini Bersandiwara karena Takut kepada Istri
Sedangkan seorang pria yang diduga sebagai penyelur tidak berada di lokasi hanya ditemukan seorang pria yang mengaku sebagai pemilik rumah.
Tempat penyaluran TKI ilegal yang digerebek Bareskrim Polri dan Kemenaker di Condet. (Warta Kota/Joko Supriyanto)
"Jadi kami menerima laporan dari masyarakat, sehingga dari laporan tersebut kami kembangkan, selanjutnya karena permasalahan ini non prosedural kita berkordinasi dengan Bareskrim," kata Subdit Perlindungan TKI Kemenaker, Oscar Abdu Rachman, Rabu (8/11/2017).
Oscar mengaku modus yang dilakukan oleh para penyalur atau sponsor ini ingin mempekerjakan mereka ke Timur Tengah.
Namun karena negara Timur Tengah sudah memorotorium sejak 2015 dan ke tidak tahuan para korban membuat mereka terbujuk rayu untuk tetap menunggu untuk diberangkatkan.
Adapun para korban tidak hanya berasal dari Kepulauan Jawa tapi juga ada beberapa diantaranya berasal dari Kalimantan.
Informasi yang didapat bahwa para korban mengaku dapat informasi tentang penyaluran TKI ini dari seorang yang bernama Aziz, Muji dan Ebit.
Namun pihak Kemenaker akan mengembangkan kasus ini, karena ketika orang tersebut tidak berada dilokasi dan tidak diketahui keberadaannya.
"Jadi rumah ini dimiliki oleh Hendarto tapi yang bersangkutan tidak mengetahui hal tersebut karena ia hanya dititipim oleh ketiga orang tersebut," katanya.
Bahwa dari keterangan korban mereka tidak tahu menahun agent mana atau PT mana yang akan memberangkatkan mereka.
"Ini masih kita akan kembangkan, karena kita juga tidak ada barang bukti yang kita dapat seperti paspor atau surat yang menunjukan mereka akan keluar negeri tidak ada, cuma mereka memang mengatakan akan bekerja ke Timur Tengah," katanya.
Sebelumnya menurut Oscar bahwa dari keterangan korban sudah ada orang yang diberangkatkan sebanyak empat orang, namun pihaknya masih akan mendalami hal ini kembali.
"Kalo saat ini masih dugaan, mungkin kedepan bisa terjerat kasus perdagangan orang tapi masalahnya kita belum menemukan ketiga orang tersebut, jadi ketujuh korban ini akan kita bawa ke Bambu Apus nanti akan diberikan bimbingan oleh departemen sosial ataupun nanti kita akan pulang ke kampung halaman," katanya. (*)