Tawuran Pelajar Hanya Demi Gengsi Tanpa Manfaat
Tawuran dua kelompok pelajar di fly over Pasar Rebo, Kelurahan Susukan, Ciracas, Jakarta Timur pada 14 Februari
Ia juga tidak habis pikir kawasan itu menjadi lokasi favorit tawuran, padahal, tak tauh dari lokasi terdapat Pos Polisi Gedong, Kecamatan Pasar Rebo, yang berbatasan langsung dengan wilayah Kecamatan Ciracas.
“Mereka baru bubar kalau jumlah polisinya banyak,” kata Dermawan.
Sementara itu, Nurhaedi selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Adi Luhur 2 saat ditemui di kantornya menyebut dari hasil investigasi ke sejumlah siswa yang terlibat tawuran, mereka mengaku, tidak memiliki masalah dengan pelajar dari SMK Budi Murni maupun SMK Bunda Kandung, yang menjadi lawan mereka kala itu.
Nur menyebut, siswa itu hanya mengaku tidak terima mendapat tantangan saat dua kelompok mereka bertemu kelompok pelajar lain di fly over Pasar Rebo.
“Di sana, memang jadi lahannya tawuran dari sekolah mana saja. Siswa kami mengaku tindakan tawuran hanya dilakukan secara spontan saat bertemu kelompok lain,” ujarnya. Nur juga tidak tahu bagaimana para siswa itu membawa berbagai senjata tajam untuk menghadapi musuh dalam aksi tawuran.
Nurhaedi bilang sejumlah siswa yang terlibat tawuran pada hari valentine, membolos sekolah sejak peristiwa itu.
Tetapi, pihaknya mencoba menggali informasi dari para siswa lain yang turut dalam aksi tawuran.
Ia juga membenarkan kepolisian sebelumnya telah meminta keterangan terhadap pihak sekolah maupun siswa yang terlibat tawuran, sebelum polisi membekuk empat elaku yang bersembunyi di Pasar Kramat Jati.
Nur memastikan, pihak sekolah akan memberikan sanksi tegas kepada para pelaku tawuran.
Bentuk sanksi yang diberikan terklasifikasi menjadi tiga macam, yakni hukuman berat dengan memecat siswa, hukuman sedang dengan memberikan skorsing selama dua minggu dan surat peringatan terakhir, serta sanksi ringan dengan skorsing selama satu minggu dan surat pernyataan terakhir.
“Ada lima siswa yang terlibat langsung penganiayaan yang kami berhentikan. Sebelumnya kami memanggil orang tua mereka dan mereka paham soal sanksi ini. Empat orang di antaranya kini sudah menjadi tersangka di Polres Jakarta Timur. Sisanya kami berikan sanksi sedang dan ringan dengan melakukan skorsing dan peringatan terakhir. Sekali lagi mereka buat ulah, mereka akan kami keluarkan. Mereka ini yang hanya ikut tawuran tapi tidak sempat melakukan penganiayaan. Mereka juga mengaku hanya diajak saja,” katanya.
Atas tindakan para siswanya, Nur bilang pihak sekolah sudah dipanggil oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta melalui Suku Dinas Pendidikan Jakarta Timur.
“Instruksi dari dinas jelas. Cabut KJP bagi siswa yang terlibat tawuran,” imbuh Nur.
Semenjak peristiwa tawuran itu, keluarga besar Yayasan Pendidikan Islam Adi Luhur yang membahi tiga sekolah yakni SMK Pariwisata Adi Luhur, SMA Adi Luhur dan SMK Adi Luhur 2 dirisaukan dengan beredarnya kabar akan adanya serangan balasan dari pihak-pihak lawan ke sekolah yang berada di Jalan Condet Raya, Balekambang, Kramat Jati itu. Informasi itu berkembang di media sosial dan membuat keluarga besar sekolah itu.
Akibatnya, pihak kepolisian pun setiap hari menjaga sekolah itu untuk mengantisipasi kemungkinan serangan balasan seperti informasi yang beredar di sosial media. Pantauan Warta Kota pada Senin, dua orang polisi dari Polsektro Kramat Jati berjaga di gerbang komplek sekolah itu.