Pilgub DKI Jakarta
Kata Prabowo, Hasil Survei Itu Tergantung Siapa yang Ngontrak
"Poling-poling tergantung siapa yang kontrak. Ini yang harus dibuka dong. Kalau yang kontrak pasangan X, kan jelas. Dia dibayar kok."
Penulis:
Taufik Ismail
Editor:
Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto menilai jika riset sejumlah lembaga survei mengenai elektabilitas pasangan calon di Pilkada DKI, tidak sepenuhnya objektif. Survei dapat diarahkan tergantung siapa yang membiayai riset tersebut.
"Saya ini sudah lama, sudah lumayan lah ya di politik, dari 2004, jadi sebenarnya kalian sudah tahu juga di dalam hati kalian. Poling-poling kan terserah siapa yang bayar," ujar Prabowo di kediamannya, Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Minggu, ( 22 / 1 / 2017) .
Menurut Prabowo menjadi masalah ketika lembaga survei tidak memberitahukan afiliasinya dengan pasangan calon. Menjadi masalah juga jika survei bertujuan untuk memanipulasi kondisi yang sebenarnya.
"Itu poling-poling harus ada disclosure, mereka kontrak sama siapa, karena memang ini masalah loh. Itu poling-poling juga harus jujur. Poling itu tidak boleh membentuk suatu persepsi yang tidak benar," tegas Prabowo.
Mantan Panglima Kostrad tersebut mengatakan membentuk opini melalui survei dilakukan oleh orang yang banyak uang. Yang menganggap rakyat dapat dapat dibodohi.
Namun meskipun demikian Prabowo yakin jika masyarakat Indonesia sudah cerdas dan tidak dapat ditipu dan dipengaruhi hasil survei.
"Poling-poling tergantung siapa yang kontrak. Ini yang harus dibuka dong. Kalau yang kontrak pasangan X, kan jelas. Dia dibayar kok. Pasti dia akan bilang calon dia lebih tinggi,"
"Saya anggap poling ini senjata politik dan dipakai oleh orang yang banyak duit. Jadi demokrasi Indonesia ini mau dibeli oleh orang yang banyak duit," pungkas Prabowo.
Sebelumnya empat lembaga survei merilis hasil risetnya dalam waktu hampir bersamaan pada bulan Januari 2017, mengenai elektabilitas pasangan calon di Pilkada DKI.
Tingkat keterpilihan pasangan Anies-sandi dari riset empat lembaga survei tersebut perbedaanya sangat signifikan.
Dalam survei LSI Denny JA tingkat keterpilihan Anies-Sandi berada dalam posisi buncit. Pasangan yang diusung Gerindra-PKS tersebut bahkan diprediksi tersingkir dari Pilkada putaran pertama.
Berdasarkan hasil survei, pasangan Anies-Sandi berada di angka 21.4 persen. Sementara Pasangan Ahok-Djarot di angka 32.6 persen. Sedangkan Pasangan Agus-Sylvi di angka 36.7 persen atau berada di posisi pertama.
Dalam survei yang dirilis Politic Marketing (PolMark), pasangan Anies-Sandi justru unggul.
Berdasarkan hasil survei lembaga pimpinan Eep Saefulloh Fatah tersebut pasangan Anies -Sandi unggul dengan elektabiltas 25,3 persen, disusul Agus-Sylvi dengan 23,9 persen dan Ahok-Djarot dengan ekektabilitas 20,4 persen.