Minggu, 5 Oktober 2025

Selama Lima Abad Salah Urus Jakarta

Sungai secara alami berkelok-kelok berfungsi menahan air selama mungkin di daratan.

Editor: Johnson Simanjuntak
Tribunnews/JEPRIMA
Proyek normalisasi dengan pelebaran tiga kali di Jakarta yaitu Kali Pesanggrahan, Kali Angke, dan Kali Sunter terlihat terhenti tidak ada pekerja yang sedang melakukan penggalian di Kali Pesanggrahan, Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Kamis (23/1/2014). Pemprov DKI Jakarta bekerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum menormalisasi sungai-sungai yang membelah Jakarta untuk mengurangi dampak banjir saat musim penghujan. (Tribunnews/Jeprima) 

”Pemerintah kolonial jugalah yang mengubah lahan di Puncak, Bogor, dari hutan jadi kebun teh pemicu erosi serta sedimentasi besar-besaran di sungai-sungai di hilir,” kata Restu.

Restu juga mempertanyakan apakah pola kanalisasi yang diterapkan di era kolonial itu tetap relevan diterapkan sekarang.

”Tahun 1923, dengan penduduk Jakarta 30.000 jiwa saja, Belanda sudah berencana membangun kanal barat, kanal timur, dan sodetan-sodetan. Sodetan-sodetan itu yang kini mau dilanjutkan lagi pembangunannya,” katanya.

Baik Prof Hadi maupun Restu menyiratkan, Jakarta saat ini perlu terobosan baru dalam menata kota.

Terobosan atas dasar studi riil kondisi serta kebutuhan sekarang demi kelangsungan kota ini.

Jangan lagi terulang berkubang kebobrokan dalam lima abad ke depan.(Neli Triana/ Ratih P Sudarsono)

 Artikel ini sebelumnya dimuat dalam Harian Kompas edisi Kamis,1 September 2015, dengan judul "Lima Abad Salah Urus Jakarta".

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved