Top News
Mengupas Tuntas Hukuman Kebiri! Dari Asal Muasal hingga Negara-negara yang Gunakan
Pengebirian secara tradisional zaman dulu dihilangkan testis yang berarti hilangnya hormon testosteron mengurangi hasrat seksual dan perilaku seksual.
TRIBUNNEWS.COM - Pada Rabu (25/5/2016), Presiden Joko Widodo mengesahkan Perppu No 1 tahun 2016, yang di dalamnya ditambahkan bentuk hukuman kebiri kimiawi.
Perppu tersebut bertujuan untuk menjerat para pelaku kejahatan seksual anak.
Berawal dari banyaknya kasus kekerasan seksual terhadap anak lalu muncul wacana hukuman kebiri bagi pelaku kejahatan seksual hingga kini muncul Perppu.
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa sebelumnya, dalam jumpa pers di Kantor Presiden, Selasa (20/10/2015) menyampaikan bahwa presiden sudah setuju.
"Munculnya kekerasan seksual terhadap anak, beliau (Presiden Jokowi) setuju pengebirian syaraf libido," ujarnya.
Teknis hukuman dengan suntik hormon estrogen hormon yang ada pada wanita sehingga tak terdorong keinginan seksual seperti sebelumnya hingga memakan korban pada anak-anak.
Namun kalau pengebirian secara tradisional zaman dahulu dihilangkan testis yang berarti hilangnya hormon testosteron mengurangi hasrat seksual, obsesi, dan perilaku seksual.
Sebenarnya apa sih kebiri, bagaimana awal mulanya hingga terkenal sampai saat ini.
Wikipedia mengupas, Kebiri adalah tindakan bedah dan atau menggunakan bahan kimia yang bertujuan untuk menghilangkan fungsi testis pada jantan atau fungsi ovarium pada betina. Pengebirian dapat dilakukan baik pada hewan ataupun manusia.
Praktik pengebirian sudah dilakukan manusia bahkan jauh sebelum tercatat dalam sejarah.
Kebiri kadang kala dilakukan atas dasar alasan keagamaan atau sosial di budaya tertentu di Eropa, Timur Tengah, Asia Selatan, Afrika, dan Asia Timur.
Setelah peperangan, pemenang biasanya mengebiri dengan memotong penis dan testis mayat prajurit yang telah dikalahkan sebagai tindakan simbolis "merampas" kekuatan dan keperkasaan mereka.
Laki-laki yang dikebiri, orang kasim, biasanya dipekerjakan dan diterima pada kelas sosial istimewa dan biasanya menjadi pegawai birokrasi atau rumahtangga istana: khususnya harem.

IST - Ilustrasi
Dalam sejarah Tiongkok, orang kasim atau disebut sida-sida diketahui memegang kekuasaan yang cukup besar di istana, terkadang merebut kekuasaan dari kaisar yang sah, seperti disebutkan dalam sejarah dinasti Han, dan masa menjelang akhir dinasti Ming. Peristiwa yang sama juga dilaporkan terjadi di Timur Tengah.
Pada masa purba, pengebirian juga melibatkan pemotongan seluruh alat kelamin pria, baik testis sekaligus penis. Praktik ini sangat berbahaya dan kerap mengakibatkan kematian akibat pendarahan hebat atau infeksi, sehingga dalam beberapa kebudayaan seperti Kekaisaran Byzantium, pengebirian disamakan dengan hukuman mati.
Pemotongan hanya testisnya saja mengurangi risiko kematian.
Pembedahan untuk mengangkat kedua testis atau pengebirian secara kimia secara medis mungkin dilakukan sebagai prosedur pengobatan kanker prostat.
Pengobatan dengan mengurangi atau menghilangkan asupan hormon testosteron -baik secara kimia ataupun bedah dilakukan untuk memperlambat perkembangan kanker.
Hilangnya testis yang berarti hilangnya pula hormon testosteron mengurangi hasrat seksual, obsesi, dan perilaku seksual.
Kaum transseksual laki-laki yang merasa dirinya perempuan ada yang menjalani prosedur orchiektomi, penghilangan alat kelami laki-laki, sebagai bagian dari operasi ganti kelamin dari laki-laki menjadi perempuan.
Orang kasim
Orang kasim adalah laki-laki yang telah dikebiri.
Mereka telah kehilangan kesuburannya karena buah zakarnya telah dibuang dengan sengaja atau karena kecelakaan atau karena sebab-sebab lain, tidak berfungsi.
Catatan-catatan paling awal tentang pengebirian dengan sengaja untuk menghasilkan orang kasim berasal dari kota Lagash di Sumeria pada abad ke-21 SM.
Sejak itu, selama beribu-ribu tahun orang kasim melakukan berbagai fungsi di berbagai kebudayaan seperti pelayan istana atau pelayan rumah tangga yang sejenis, penyanyi laki-laki dengan suara tinggi, petugas-petugas keagamaan khusus, pejabat pemerintah, komandan militer, dan pengawal kaum perempuan ataupun pelayan di harem.
Kepala orang kasim terdapat di Kekaisaran Bizantium, dan mereka menjabat sebagai salah satu pejabat utama di Konstantinopel di bawah kaisar.
Dalam bahasa Inggris, orang kasim disebut eunuch, dari kata dalam bahasa Yunani, eune (tempat tidur) dan ekhein (menjaga). Jadi kata ini berarti 'penjaga tempat tidu'".
Para hamba atau budak biasanya dikebiri untuk menjadikan mereka pelayan yang aman di istana kerajaan, di mana akses fisik kepada penguasa dapat membuat mereka sangat berpengaruh.
Meskipun demikian, pekerjaan domestik yang mereka lakukan tampaknya rendah, seperti membereskan tempat tidur, memandikan raja, memotong rambutnya, membuang kotorannya atau bahkan meneruskan pesan-pesan untuk raja.
Singkatnya, mereka berfungsi sebagai 'telinga raja', dan karenanya dapat memberikan kekuasaan kepada hamba yang rendah namun dipercaya.
Mereka umumnya berasal dari keluarga yang rendah dan memulai jabatannya sebagai hamba yang mengawal pintu masuk ke ruang belajar seorang pejabat.
Dari situ banyak yang kemudian berhasil menduduki jabatan-jabatan penting.
Orang kasim biasanya dianggap tidak mempunyai loyalitas kepada militer, kaum bangsawan, ataupun keluarganya sendiri karena mereka tidak mempunyai keturunan ataupun keluarga ipar, dan karena itu biasanya dianggap lebih dapat dipercaya dan tidak mempunyai kepentingan untuk membangun 'dinasti'-nya sendiri.
Karena kondisi mereka biasanya membuat status mereka rendah, mereka pun dapat dengan mudah digantikan atau dibunuh tanpa menimbulkan kehebohan.
Dalam kebudayaan yang mempraktikkan harem dan orang kasim, mereka kadang-kadang digunakan sebagai pelayan harem .
Orang kasim pertama disebutkan di Kekaisaran Asyur (l.k. 850 hingga 622 SM). Mereka pun biasa tampil di istana kaisar-kaisar Akhemenid dari Persia atau firaun dari Mesir (hingga dinasti Lagid yang dikenal sebagai Ptolemeus, yang berakhir dengan Cleopatra).
Di Tiongkok kuno, pengebirian adalah salah satu bentuk hukuman tradisional (hingga Dinasti Sui) dan sarana untuk mendapatkan pekerjaan di kalangan istana Kaisar.
Pada akhir Dinasti Ming ada 70.000 orang kasim di Istana kaisar. Jabatan seperti itu demikian berharga—orang-orang kasim tertentu berhasil mendapatkan kekuasaan yang demikian besar sehingga melampaui kekuasaan perdana menteris—sehingga pengebirian diri sendiri harus dilarang.
Jumlah orang kasim yang menjadi pegawai Istana Kaisar akhirnya menurun hingga 470 orang pada 1912, ketika mereka tidak lagi dipekerjakan.
Orang-orang kasim diberikan jabatan-jabatan pegawai negeri yang demikian tinggi dengan alasan bahwa karena mereka tidak dapat mempunyai anak, mereka tidak akan tergoda untuk merebut kekuasaan dan memulai sebuah dinasti.
Daftar negara terapkan hukuman kebiri
Di AS, pelaku pelecehan seksual dan pemerkosaan biasanya diberi sanksi hukuman kebiri kimiawi dan sudah dipraktikkan di beberapa negara bagian AS.
Hukuman kebiri kimiawi juga cukup umum di Eropa, seperti di Polandia, Inggris, Estonia, dan Makedonia.
Di India, pemerintahnya tengah mengajukan kebiri kimiawi untuk menjadi hukuman bagi pelaku pelecehan seksual, di samping penjara hingga 30 tahun.
Hukuman kebiri kimiawi juga diberlakukan di Korea Selatan dan Rusia.
Masih banyak negara lain yang melakukan kebiri kimiawi terhadap pelaku pelecehan seksual, namun kebanyakan menganggapnya sebagai prosedur penanganan medis, bukan hukuman. (*)