Selasa, 30 September 2025

Transjakarta Janji Tanggung Bayi Brojol Dalam Bus, Sigit Susah Payah Bayar Sendiri

Bemo berwarna biru berhenti melintas di rumah tersebut. Siti Mariana (33) dan Sigit Hendriyanto (37) ke luar dari dalam bemo

Editor: Hendra Gunawan
Andika Panduwinata/Warta Kota
Rumah pasangan Sigit dan Siti, yang nyaris rubuh, mereka adalah pasangan suami istri, yang terpaksa melahirkan di bus Transjakarta, saat melakukan sebuah perjalanan. 

TRIBUNNEWS.COM -- Azan Maghrib berkumandang di Mushola Istiqomah, Jalan Kali Anyar, Tambora, Jakarta Barat. Kediaman yang berlokasi persis di depan Mushola itu mendadak ramai.

Bemo berwarna biru berhenti melintas di rumah tersebut. Siti Mariana (33) dan Sigit Hendriyanto (37) ke luar dari dalam angkutan tersebut.

Siti masih dalam keadaan lemas sembari menggendong bayi laki-lakinya, yang brojol di bus Transjakarta.

Ia, dibantu suaminya yakni Sigit saat masuk ke dalam rumahnya yang beralamatkan di Jalan Kali Anyar X, RT 05 / RW 07 No. 22 Kelurahan Kali Anyar, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat pada Senin (2/5/2016) petang.

Rumahnya berukuran kecil dan kumuh.

Luas bangunan sekitar 4 x 6 meter.

Genting yang menjadi atap sudah menghitam warnanya.

Bahkan harus ditambal dengan menggunakan beberapa asbes guna mencegah bocor kala hujan tiba.

Pondasi bangunan pun terlihat sudah rapuh. Terbuat dari bahan meterial bata, semen, serta kayu.

Siti melangkah perlahan - lahan memasuki ke dalam rumah. Wanita berusia 33 tahun itu disambut hangat oleh kedua anaknya yang masih balita diurus oleh neneknya.

Sigit mengungkapkan isteri tercintanya itu sudah dibolehkan pulang oleh pihak Rumah Sakit. Ia membawa Siti dan anak ketiganya yang baru dilahirkan di dalam bus Transjakarta dengan menumpangi bemo dari perawatan di RS Sumber Waras, Jalan Kyai Tapa, Grogol, Jakarta Barat.

Seperti diberitakan Warta Kota sebelumnya Siti melahirkan di dalam bus Transjakarta koridor 9 jurusan Pinang Ranti - Pluit saat melintas di Grogol pada Minggu (1/5/2016) siang. Siti dan bayinya berhasil diselamatkan kemudian dibawa ke RS Sumber Waras.

Sigit menjelaskan detik - detik menegangkan ketika menyaksikan langsung isterinya melahirkan di dalam bus. Saat itu mereka berkunjung ke kediaman orangtuanya di bilangan Mampang, Jakarta Selatan.

Keduanya merasa tak khawatir untuk berpergian walau pun Siti tengah hamil tua. Kandungan usia Siti pun baru tujuh bulan.

Pasangan suami isteri ini naik Transjakarta pulang ke rumahnya yang berada di Tambora dari Mampang. Situasi arus lalu lintas di Ibu Kota macet parah.

Siti duduk manis di samping Sigit di dalam bus. Ibu beranak tiga tersebut mengeluh kesakitan ketika bus baru sampai Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat.

"Isteri saya ini merasakan mulas, saya panik, dan keadaan saat itu macet," ujar Sigit saat ditemui Warta Kota di rumahnya pada Senin (2/5/2016).

Keringat bercucuran mengalir deras di wajah Siti. Sigit pun mencoba menenangkan isterinya ini di dalam bus.

"Tenang, sebentar lagi sampai Grogol," ucap Sigit menggenggam erat tangan Siti.

Kendati demikian rasa mulas isterinya itu tak tertahankan. Bus dalam perjalanan Mal Taman Anggrek menuju Shelter Grogol, Siti pecah ketuban.

Semua yang berada di dalam Transjakarta panik. Situasi mendadak heboh.

Para penumpang yang ramai di dalam bus itu geger. Sigit berkata kepada petugas Transjakarta bahwa isterinya ini hendak melahirkan.

Cairan dan darah sudah bercucuran. Petugas Transjakarta serta sopir teriak agar semua penumpang turun.

"Ada seorang laki-laki yang duduknya berhadapan dengan saya di dalam bus. Orang itu melihat isteri saya berceceran darah. Hanya orang ini saja yang menolong, sedangkan penumpang yang lain masa bodo dan langsung ke luar dari bus," kata Sigit.

Seorang laki-laki yang menjadi pahlawan bagi pasangan suami isteri ini bernama Syahrul. Syahrul begitu telaten mengurus proses persalinan Siti di dalam Transjakarta.

Melahirkan Normal

Proses persalinan begitu mencekam. Siti dibaringkan oleh suaminya di deretan bangku yang ada di dalam bus.

"Prosesnya itu kira-kira ada sampai satu jam, melahirkan secara normal, bayinya prematur," ungkap Sigit.

Di dalam Transjakarta hanya ada lima orang saja di dalamnya. Mereka di antaranya sopir, penjaga pintu bus, Syahrul, Siti, dan Sigit. Kepala Siti dipegangi suaminya saat proses persalinan.

Sedangkan Syahrul mengarahkan Siti untuk menarik napas perlahan-lahan dan mengeluarkan bayinya itu. Kondisi di dalam bus ketika itu pun genting.

Namun beruntung bagi pasangan suami isteri ini, anak ketiga mereka pun lahir dengan selamat. Suara keras tangisan bayi laki-laki bergema di dalam bus.

"Bayinya masih banyak darah, bapak yang namanya Syahrul itu mengelapnya sampai bersih. Isteri saya juga langsung dibawa ke RS Sumber Waras," katanya.

Setelah bayi lahir, sopir memasukan mobil Transjakarta gandeng ini ke dalam RS Sumber Waras. Siti terkulai lemah dan digendong oleh suami tercintanya.

"Saya dikasih kartu nama sama pak Syahrul, kalau kondisi isteri saya sudah sehat, saya sekeluarga mau ketemu sama pak Syahrul. Dia benar-benar tolong kami di saat orang lain yang berada di dalam bus tak peduli," papar Sigit tampak matanya berkaca-kaca.

Bayar Rp 2,5 Juta

Sigit mengaku, istrinya itu sempat dijenguk oleh Dirut Transjakarta.

Bahkan pihak Transjakarta bersedia menanggung semua biaya perawatan Siti serta bayinya di Rumah Sakit.

Sigit sempat menjalin komunikasi dengan jajaran Transjakarta membicarakan tentang adminitrasi di Rumah Sakit.

Namun pada Senin (2/6/2016), pihak Transjakarta tak memberikan kabar baik soal proses pembayaran ini.

"Saya, jadinya bayar sendiri, sekitar Rp 2,5 juta untuk bawa pulang istri dan anak saya dari Rumah Sakit," ucap Sigit.

Sigit hanya bekerja sebagai room boy di Central Park, Jakarta Barat.

Gajinya pun hanya sebatas upah minimum regional (UMR), sehingga biaya Rp 2,5 juta buat dia benar-benar mencekik.

"Saya susah payah ngurus BPJS untuk pembayaran," imbuh Sigit.

Para tetangga pasangan suami isteri ini berdatangan begitu tahu Siti sudah pulang ke rumahnya. Mereka yang mayoritas kaum ibu-ibu itu memberikan selamat serta sumbangan kepada Siti dan keluarga.

"Mereka dari keluarga tidak mampu, kalau Siti itu orangnya memang apa adanya. Walau pun kecil tetap semangat dan gesit. Syukur, bisa melahirkan dengan selamat dan normal," tutur Ketua RT 05 / RW 07 Kali Anyar, Tambora.

Sigit hingga kini masih mencari nama yang baik untuk anak ketiganya ini. Ia mengaku masih bingung memberikan nama bayi laki-lakinya yang dilahirkan di dalam bus Transjakarta.

"Kondisi ibu dan bayinya sehat. Tapi anaknya belum saya dikasih nama, masih cari - cari nama yang cocok," kata Sigit. (Andika Panduwinata)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved