Selasa, 30 September 2025

Alasan Ratusan Pasang Suami Istri di Bekasi Enggan Ikut Program KB

Ratusan pasangan usia subur (PUS) di wilayah Kota Bekasi enggan mengikuti program keluarga berencana (KB).

Editor: Adi Suhendi
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Seorang anak menunggu orangtuanya yang mengikuti program Keluarga Berencana (KB) dengan memasang alat kontrasepsi gratis. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ratusan pasangan usia subur (PUS) di wilayah Kota Bekasi enggan mengikuti program keluarga berencana (KB).

Alasannya, mereka mempertimbangkan faktor kesehatan.

Kepala Seksi Pengolahan Data dan Pelaporan Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3KB) Kota Bekasi, Mini Aminah, mengatakan sebetulnya banyak faktor yang menyebabkan pasutri enggan mengikuti program KB.

Namun yang paling dominan karena kesehatan sang istri.
Biasanya, ukuran rahim banyak yang tidak sesuai dengan alat kontrasepsi jenis spiral.

"Banyak perempuan yang rahimnya sangat sensitif, sehingga mereka takut pakai alat KB jenis spiral," kata Mini, Jumat (4/3/2016).

Selain itu, untuk jenis KB yang lain pun juga ditakuti sejumlah kaum perempuan.

"Sementara mereka juga khawatir pakai KB jenis suntik karena takut gemuk. Jadi banyak kekhawatiran yang dialami Pasutri (pasangan Suami Istri)," ucapnya.

Meski demikian, kata Mini, jumlah pengguna KB jenis suntik lebih banyak diminati walau menimbulkan rasa khawatir terhadap berat badan.

Mini menyebut, saat ini jumlah pasangan usia subur yang terdata akhir tahun 2015 mencapai 52.511 pasangan, dari target 53.079 pasangan.

Sehingga, dikatakan Mini, ada 568 pasangan yang belum menjalankan program KB.

Dari dua jenis KB yakni suntik dan spiral, kata dia, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Misalkan, untuk jenis suntikan, maka harus melakukan pemeriksaan setiap hari, satu bulan sampai tiga bulan.

Namun untuk jenis spiral, harus dilakukan pemeriksaan delapan tahun.

Berdasarkan data yang dia punya, kecamatan yang paling besar peminat KB berada di Kecamatan Pondok Melati, Kecamatan Bekasi Barat, dan Kecamatan Bekasi Utara.

Ketiga wilayah itu, diakui dia, paling banyak mengikuti program KB jenis suntik.

"Mereka rata-rata sudah memiliki dua orang anak," jelasnya.

Bukan itu saja, kata dia, peminat KB ini sampai sekarang kebanyakan masih berusia 25 tahun ke atas.

Pasangan nikah muda itu lebih banyak memilih untuk tidak memiliki keturunan dulu, dan memilih untuk berkarir.

"Kalau sekarang mereka lebih banyak memilih bekerja, ketimbang untuk memilih keturunan dulu," kata Mini.

Ketua Komisi A DPRD Kota Bekasi, Aryanto Hendrata mengatakan, rendahnya pemakai alat kontrasepsi KB kemungkinan besar karena minimnya sosialisasi dari pihak pemerintah daerah.

Aryanto berharap, pemerintah daerah bisa lebih maksimal melakukan sosialisasi hingga ke pelosok-pelosok daerah.

Diantaranya dengan mendatangi kecamatan yang jauh dari pusat kota, agar warga bisa mengetahui sisi positif pemakaian KB.

"Harus lebih ditingkatkan lagi sosialisasinya. Terutama pemakaian kontrasepsi jenis suntik dan spiral. Harus dijelaskan mana yang lebih baik untuk dipakai," kata Ariyanto.

Menurut dia, program KB memang perlu diterapkan terutama bagi pasangan yang telah memiliki dua anak.

Cara ini, kata dia, bisa meredam jumlah penduduk di wilayah Kota Bekasi. (Fitriyandi Al Fajri)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved