Selasa, 30 September 2025

Mitos Gerhana Matahari Total Jadi Satu Atraksi Sendiri kata Arief Yahya

Ada suasana mencair saat sesi interview Menpar Arief Yahya dengan Eva Julianti Yunizar dari CNN Indonesia di Gedung Sapta Pesona, Merdeka Barat

Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/LENDY RAMADHAN
Arief Yahya 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ada suasana mencair saat sesi interview Menpar Arief Yahya dengan Eva Julianti Yunizar dari CNN Indonesia di Gedung Sapta Pesona, Merdeka Barat, Jakarta, Jumat 26 Februari 2016.

Saat dialog memasuki topik keunikan Gerhana Matahari Total (GMT) yang bakal melintasi 12 provinsi di Indonesia, pada 9 Maret 2016 itu. Arief Yahya justru menjawab dari sisi mitologi Jawa, yang pernah diingat dalam GMT 1983 lalu di Jawa.

Arief Yahya tidak sedang meyakini mitos itu. Dia hanya ingin menjelaskan bahwa story line yang berbasis pada cerita rakyat itu justru lama membekas, cepat meluas, dan menjadi bahan perbincangan publik. Cerita rakyat itu bisa menjadi bumbu-bumbunya GMT.

“Kalau di Jawa, itu sedang terjadi pertempuran hebat antara Bethara Kala melawan Bethara Guru. Kepala raksasa Bethara Kala berhasil dipenggal, tetapi dia sudah terlanjur menelan matahari. Karena itu, warga diminta membunyikan lesung dengan alu (penumbuk gabah, red), agar sang surya dimuntahkan kembali,” jelas Arief.

Sepenggal legenda itu pun kontan mengundang gelak tawa. Orang modern yang lebih mempercayai science memang sudah tidak percaya dengan mitologi seperti itu.

Tetapi, justru cerita-cerita seperti itulah yang membuat fenomena alam yang terjadi dalam 350 tahun itu menjadi seru.

“Di pariwisata, kekayaan cerita-cerita seperti itu menjadi salah satu atraksi tersendiri,” jelas pria yang dibesarkan dari kampung di Banyuwangi itu.

Cerita serupa sebenarnya ada di hampir semua daerah. Di Provinsi Bangka Belitung misalnya, ada istilah Rau, performancenya sama, seorang raksasa yang menaruh dendam kepada dewa dan melampiaskannya dalam bentuk memakan matahari dan bulan. Alur mirip-mirip dengan cerita Jawa itu.

Zaman China kuno, peristiwa di mana bulan berada persis di tengah-tengah antara matahari dan bumi itu juga dihubungkan dengan mitos.

Seekor naga raksasa sedang melahap matahari. Kisah itu diyakini orang Tiongkok sejak ribuana tahun yang lalu.

Sama dengan di Jawa, warga di sana menakuti-nakuti sang naga dengan membunyikan suara-suara keras seperti petasan. Bedanya, di Jawa memukul lesung dengan alu.

Konon, dalam mitologi Mesir kuno, yang juga dikenal memiliki peradaban yang sangat kuat, kisahnya juga sama. Kepercayaan mereka, matahari adalah salah satu bagian penting dalam kehidupan. Ada dewa yang dianggap sebagai penjaga matahari yang dinamakan Ra.

Dewa Ra digambarkan dengan sosok manusia berkepala elang. Ra setiap saat memimpin sebuah perahu yang banyak berisi dewa untuk melintasi langit.

Di India, GMT pernah dirasakan 28 Juli 2009 lalu. Para cenayang India memprediksikan, kekerasan dan kekacauan akan melanda seluruh dunia.

Tahayul itu pun masih banyak dipercaya di sana. Dalam Hindu, dua setan yakni Rahu dan Ketu yang diyakini menelan matahari sehingga terjadinya gerhana.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan