Selasa, 30 September 2025

Dahsyatnya Sistem Pertahanan di Kalijodo dan Kekuatan Orang-orang Bugis

Ini cerita tentang sistem pertahanan di kawasan Kalijodo dan kekuatan orang-orang Bugis di sana.

Warta Kota/Panji Baskhara Ramadhan
Minggu (14/2/2016), ratusan personel gabungan, yakni Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Polisi, dan Tentara Nasional Indonesia (TNI), menggeruduk kawasan prostitusi Kalijodo dan memberikan surat peringatan. 

Kini, kekuatan utama di Kalijodo adalah Daeng Azis, representasi kelompok Bugis.

Entah, dari daerah mana tepatnya di Sulsel asal pria yang disebut-sebut Krishna sebagai pemilik rumah perjudian dalam bukunya, Geger Kalijodo.

Dan, kapan ia datang, lalu membangun rumah bisnis perjudian di kawasan tersebut? Bagaimana ia memulai bisnisnya? Siapa Daeng Azis?

Sejauh ini, belum ada profil jelas tentang sosok itu di media. Sebagian besar hanya menyebutnya sebagai kelompok Bugis.

Orang Bugis di Kalijodo tidaklah baru. Kehadiran orang-orang Bugis di kawasan yang dahulu dikenal dengan Kali Angke itu, telah berlangsung sejak masa Hindia Belanda.

Tidak seperti yang diutarakan oleh Krisnha dalam bukunya, bahwa cerita kedatangan orang-orang Sulawesi ke kalijodo baru dimulai 1965, yaitu saat mereka datang sebagai pekerja di pabrik baja dan bihun yang ada di Kalijodo.

Catatan sejarah menyebutkan, kehadiran orang Bugis di kawasan Kalijodo telah dimulai pada masa kejayaan Makassar di wilayah timur nusantara, abad 17.

Orang-orang Bugis yang lari dari penindasan Kerajaan Makassar, dipimpin seorang bangsawan bernama Arung Palakka dari daerah Bone, mendapat kekuasaan di kawasan kali Angke.

Penguasa Batavia, kala itu perusahaan dagang Hindia Belanda (VOC) melegitimasi kekuasaan Arung Palakka di Angke dengan syarat, mereka membantu VOC memadamkan perlawanan sejumlah Kerajaan di Jawa dan Sumatra.

Termasuk menyerang Kerajaan Makassar yang dikenal sebagai kerajaan terkuat di wilayah timur nusantara. VOC berkepentingan menguasai jalur perdagangan rempah-rempah di wilayah timur yang dikuasai Makassar.

Di masa Hindia Belanda, kawasan muara kali Angke telah dikenal sebagai kawasan padat. Lamanya Arung Palakka bermukim di Angke, membuat namanya tenar di Batavia.

Pengikutnya dikenal pemberani dan jagoan di Angke. Dalam berbagai penaklukan pasukannya kemudian dilabeli lawan-lawannya dengan nama To Angke. Artinya, orang-orang yang berasal dari kali Angke. (Sumber: Abdul Chalid/ Bicara.id )

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved