Tewas Usai Ngopi
Istilah-istilah Keren Dipakai Polisi dalam Kasus Pembunuhan Mirna
Misteri tewasnya Wayan Mirna Salihin (27) belum sepenuhnya terungkap.
Adapula istilah "cyber forensik".
Peneliti intelijen UI Ridlwan Habib menilai, Polda sedang mematangkan semua bukti agar konstruksi kasusnya kuat.
"Sikap ini cukup baik karena hati hati dan benar benar berdasarkan bukti, bukan asumsi,"ujar Ridlwan dalam keterangannya, Jumat (29/1/2016).
Dia menjelaskan, Polda Metro Jaya mempunyai tim cyber forensik yang juga dilibatkan sebagai penyidik.
Upaya mengungkap siapa peracun Mirna juga dilakukan dengan metode cyber forensik.
Nama nama yang diduga tersangka kan mempunyai handphone. Dari situ, penyidik bisa menyedot data komunikasi sebelum pembunuhan terjadi," ujar Ridlwan.
Pembunuhan dengan racun, tidak sederhana, butuh mental sangat kuat dan perlu perencanaan matang.
"Tidak mungkin spontanitas, artinya si pembunuh pasti berkomunikasi dengan orang lain, baik melalui SMS, Whatsapp, telepon , dan semacamnya," katanya.
Perang Intelektual
Tak heran, Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Metro Jaya Inspektur Jenderal Polisi Tito Karnavian menyebutkan pihaknya memulai pertempuran intelektual kasus pembunuhan Mirna Salihin dimulai pemeriksaan tersangka hingga memasuki tahap persidangan.
"Sekarang istilahnya pertempuran intelektual antara penyidik dengam pihak yang diduga," kata Irjen Pol Tito Karnavian sebelum menghadiri pertemuan seluruh Reserse Kriminal se-Polda Metro Jaya di GOR Soemantri Bojonegoro, Kuningan, Jakarta, Sabtu (30/1/2016).
Proses hukum ini, disebut Tito, pertarungan intelektual karena mulai dari tahap ini baik penyidik, jaksa, hingga hakim akan beradu strategi dengan tersangka.
"Dia (tersangka) pun memiliki strategi pembelaan. Dia tahu ini polisi buka apa nih. Kalau polisi buka ini nanti pakai strategi ini untuk menutupi," kata Kapolda Metro Jaya.