Senin, 6 Oktober 2025

Monas Dicuci

Si Kembar Semringah Bisa Ikut Cuci Monumen Nasional

DUA pengusaha muda yang juga pria kembar, Mathias dan Nathanael Santoso, semringah karena mendapat kesempatan langka: mencuci Monas.

Warta Kota
Petugas dari Kaercher, perusahaan pembersih gedung asal Jerman, sedang melakukan pembersihan salah satu bagian di Monumen Nasional, Monas 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Abraham Utama

DUA pengusaha muda yang juga pria kembar, Mathias dan Nathanael Santoso, semringah di kantornya seusai menerima satu sambungan telepon, satu hari pada April 2014. Betapa tidak, mereka mendapat kesempatan terlibat dalam pekerjaan yang tergolong langka: mencuci Monumen Nasional (Monas).

"Bulan lalu, saya baca berita, Monas akan dibersihkan. Lalu saya iseng menghubungi PT Karcher Indonesia yang ditunjuk Pemprov DKI Jakarta untuk pekerjaan tersebut. Nothing to lose saja, ternyata mereka mau bekerjasama," ujar Nathan, sapaan Nathanael, saat ditemui TRIBUNnews.com, di Tugu Monas, Jakarta Pusat, Minggu (11/5/2014).

Nathanael dan saudara kembarnya, Mathias, adalah pemilik Tongs Access, perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi terutama penyedia solusi akses bangunan.

Kedua pria yang baru berusia 25 tahun itu, mendirikan perusahaan tersebut Agustus 2013, tak lama setelah terpilih menjadi satu-satunya dealer resmi Instant Upright, produk perancah (scaffolding) berbahan alumunium asal Irlandia.

Mathias sempat tidak menyangka Karcher setuju bekerja sama. Alasannya Karcher berkata kepada mereka sudah memiliki perancah sendiri.

"Tapi saya yakin perusahaan multinasional pasti mengutamakan keamanan pekerjanya. Mereka pasti memilih perancah alumunium dibandingkan yang terbuat dari besi," kata Nathan, seusai membantu lima karyawannya menyesuaikan bentuk perancah sesuai permintaan teknisi Karcher.

Mathias dan Nathan, bukanlah anak konglomerat. Mereka anak yatim. Ayah mereka, Bambang Santoso, meninggal karena serangan jantung tahun lalu, seorang pegawai di perusahaan  kontraktor.

"Papa mendidik kami dengan keras," tutur Nathan. Ia bercerita ayahnya yang berasal dari Madiun memang membangun hidup dari bawah. "Papa bahkan pernah berjualan bakso," kata Mathias menimpali.

Meninggalnya Bambang, menjadi titik balik kehidupan saudara kembar ini. Saat itu, Nathan bekerja pada satu perusahaan kontraktor, sementara Mathias membantu bagian administrasi perusahaan percetakan yang ditinggal ayahnya.

"Kami harus berbuat sesuatu. Jika tidak, siapa yang akan membiayai ibu dan adik kami," kata Nathan yang lebih tua lima menit dari Mathias. Adik mereka Thea Santoso, masih kuliah di Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Kakak beradik ini lulusan kampus yang sama.

Teringatlah Mathias akan pesan ayahnya, "Suatu saat kalian harus sinkron." Sejak itu keduanya sepakat membangun sebuah usaha bersama.

Segala macam produk masuk dalam pikiran mereka, dari keset hingga tas. Namun, tidak satu pun suplier membalas pesan elektronik mereka.

Bulan delapan tahun lalu, sebuah pesan dari Irlandia masuk ke akun surat elektronik (surel) mereka. Instant Upright berencana melebarkan bisnis ke Indonesia.

Kemudian bertemulah mereka dengan pria uzur, berumur 70 tahun dari Malaysia. "Kalian memiliki potensi walaupun sedikit," ujar Nathan meniru pria tadi. Sejak itulah Tongs Access berdiri.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved