Pemprov DKI Sulit Tertibkan Odong-odong

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kasus kecelakaan truk molen pengaduk semen dengan Odong-odong di Bekasi, Jawa Barat membuat prihatin Pemprov DKI. Pasalnya, odong-odong di Ibukota juga semakin banyak. Mulai dari mobil tua yang dimodifikasi, hingga sepeda motor tiga roda.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku tidak berdaya menertibkan odong-odong karena kebijakan tilang ada di Polisi.

”Kami tidak bisa tangkap mereka. Motor saja ngeledek Dishub, kami tidak bisa tangkap. Tiap sore saja macet itu karena orang motong di depan, lalu terkunci. Dishub kami di tengah dicuekin. Kenapa? karena pengendara mobilnya sadar Dishub tidak bisa menilang karena tidak sesuai undang-undang. Dalam undang-undang harus ada polisi, padahal polisi cuma sekali-sekali operasi,” ujar pria yang biasa disapa Ahok ini di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (7/5/2014).

Dikatakan Ahok, odong-odong sangat tidak aman, karena tidak memiliki pintu dan atap yang keras. Bukan hanya anak-anak dan penumpang yang mudah jatuh, namun juga rawan kecelakaan jika ditabrak kendaraan lain.

Mobil mewah saja, yang memiliki fitur keamanan, jika ditabrak kendaraan besar bisa berakibat fatal bagi penumpangnya. Apalagi odong-odong yang tidak memiliki pintu. Seharusnya, kata dia, odong-odong hanya beroperasi di pemukiman, bukan ke jalan raya.

Polisi juga tidak bisa memberikan tilang slip biru kepada mereka. ”Polisi bilang kalau kasih slip biru bisa ribut dengan Jaksa. Saya pernah bilang depan Wapres depan Kapolri, ’sudah....cuek saja Pak Kapolri. Masa sih Kejagung berani nangkap Kapolri. Kalau dia berani tangkap bilang saja ke Presiden, pecat saja tu Kejagung’. Itu aku ngomong dalam rapat resmi lho di UKP4. Sayang tidak ada videonya, kalau ada padahal bagus tu dimasukin ke youtube,” ujar Ahok. (Ahmad Sabran)