Tarif KRL Jabodetabek Naik
Curhat Pengguna Kerta Api: Naik Terus, Prasarana Buruk
Menurutnya, kenaikan itu tidak seimbang dengan sarana dan prasarana yang ada.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengguna Commuter Line, Hendra (29) mengaku
kecewa dengan kenaikan tarif perjalanan senilai Rp. 2 ribu. Menurutnya, kenaikan itu tidak seimbang dengan sarana dan prasarana yang ada.
"Naik terus. Kecewa banget. sarana dan prasarana masih buruk," ujar
Hendra saat menunggu Commuter Line di Stasiun Gondangdia, Jakarta
Pusat, Senin (1/10/2012).
Hendra menjelaskan, sejak kenaikan terakhir pada tahun 2010, transportasi andalannya itu masih saja dipenuhi para pedagang yang membawa barang-barang dagangannya dalam bentuk yang besar, sehingga banyak tempat yang dikorbankan hanya untuk barang itu saja.
"Bahkan kadang ada tukang sayur yang membawa dagangannya dalam jumlah
yang banyak, sehingga menjadi bau," ucap Hendra.
Sama halnya dengan Dewi (19) yang ditemui di tempat yang sama, di Stasiun Gondangdia. Ia prihatin kenaikan tarif tiket Commuter Line tidak sebanding dengan ketatnya ketertiban di stasiun.
"Masih ada laki-laki yang naik ke gerbong khusus perempuan," ucap Dewi.
Meski demikian, Dewi berharap PT. KAI terus meningkatkan pelayanan, sarana dan prasarana perkereta apian dengan kenaikan tarif ini.
Diketahui, Kereta Api Indonesia Commuter mulai menaikan harga tiket kereta commuter pada Senin (1/10). Sosialisasi sudah dilakukan tiga bulan lalu.
Menurut pihak PT KAIC, kenaikan harga tiket ini disesuaikan dengan biaya operasional yang selama tidak seimbang. Juga diikuti peningkatan pelayanan dan penambahan saranan untuk kenyamanan penumpang.
Kendala yang dihadapai selama ini adalah keterlambatan, mogok kereta dan jadwal yang kacau. Selain itu, jumlah penumpang di Jabodetabek mencapai 400 ribu per hari. Padahal armada yang tersedia hanya 268 buah.