Selasa, 30 September 2025

Pemilihan Gubernur DKI

Pemilukada DKI Jadi Test Case untuk Pilpres 2014

Pemilukada DKI dinilai sebagai test case bagi Ketua Dewan Pembina partai Gerindra, Prabowo Subianto, yang berambisi merebut kursi RI 1

Penulis: Danang Setiaji Prabowo
Editor: Gusti Sawabi
zoom-inlihat foto Pemilukada DKI Jadi Test Case untuk Pilpres 2014
KOMPAS.COM/RODERICK ADRIAN MOZES
Anggota Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta, Sumarno menunjukkan surat suara untuk pemilihan kepala daerah DKI Jakarta putaran kedua (kiri), di kantor KPU DKI Jakarta, Jumat (31/8/2012). Pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta putaran kedua akan dilaksanakan pada 20 September. Pasangan Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli (Foke-Nara) dan Joko Widodo - Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok) akan kembali beradu pada putaran kedua tersebut. KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemilukada DKI dinilai sebagai test case bagi Ketua Dewan Pembina partai Gerindra, Prabowo Subianto, yang berambisi merebut kursi RI 1 pada pemilu Presiden 2014 mendatang.

Hal ini diutarakan oleh pengamat politik Salim Said, yang mengatakan Prabowo dinilainya sudah berhasil menjadikan pemilukada DKI sebagai test case terhadap dirinya. Menurutnya selama ini banyak pengamat yang memaparkan resistensi yang mungkin terjadi jika Aburizal Bakrie atau Prabowo maju sebagai calon Presiden karena diungkit-ungkit kasus lamanya.

"Dia (Prabowo) mau test, mau tahu bagaimana warga Jakarta. Dan hasilnya orang tidak tahu track record Prabowo. Masyarakat Indonesia mudah melupakan. Di Jakarta, yang tingkat pendidikannya saja tinggi mudah lupa, apalagi di daerah," ujar Salim, Minggu (23/9/2012) di Morrisey Apartement.

Lebih lanjut, Salim menuturkan sosok Megawati sudah tidak laku dijual sehingga yang mendapat keuntungan dari pemilukada DKI ini adalah Prabowo. Menurutnya faktor tokoh saat ini menentukan siapa yang akan dipilih, sedangkan faktor partai tak lagi berpengaruh.

Salim menambahkan, mengenai kemenangan Jokowi atas calon incumbent Fauzi Bowo juga tak lepas dari soal performance dan kinerja incumbent yang dinilai buruk oleh warga Jakarta selama ini. "Ini hukuman dari Warga Jakarta karena kinerja incumbent yang tidak memuaskan. Ini protes orang Jakarta dan menggantinya dengan Jokowi. Faktor tokoh juga sangat menentukan siapa pemimpin yang akan dipilih," tandasnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved