Pilpres 2024
Nasib Jokowi Usai Tak Jadi Presiden dan Disebut Bukan Bagian PDIP, Pulang ke Solo Seperti Mimpi SBY?
Jokowi akan lengser dari kursi kepresidenan pada 20 Oktober 2024. berikut prediksi nasib Jokowi setelah tak lagi duduk sebagai presiden?
Jauh sebelumnya, Presiden Keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sempat mengungkap mimpinya dalam unggahan akun Twitternya @SBYudhoyono, Senin (19/6/2023).
SBY menceritakan mimpinya bertemu Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri serta presiden ke-8 RI.
"Saya bermimpi, di suatu hari Pak Jokowi datang ke rumah saya di Cikeas untuk kemudian bersama-sama menjemput Ibu Megawati di kediamannya, selanjutnya kami bertiga menuju Stasiun Gambir."
"Di Stasiun Gambir, sudah menunggu Presiden Indonesia Ke-8 dan beliau telah membelikan karcis kereta api Gajayana ke arah Jawa Tengah dan Jawa Timur."
"Karena masih ada waktu, sejenak kami berempat minum kopi sambil berbincang-bincang santai," ungkap SBY, dikutip Tribunnews.com.
SBY yang saat itu bersama Jokowi, Megawati, dan sosok Presiden kedelapan tersebut lantas berbincang-bincang selama perjalanan.
"Setelah itu, kami bertiga naik kereta api Gajayana yang siap berangkat ke tujuan. Di perjalanan, kami menyapa rakyat Indonesia dengan hangat, rakyat yang pernah kami pimpin dengan penuh kesungguhan hati dan memimpin bangsa yang tak pernah sepi dari tantangan," ujar SBY.
Dari perjalanan tersebut, Jokowi dan SBY memutuskan turun di stasiun Kota Solo.
"Sampai di Solo, Pak Jokowi dan saya turun dari kereta. Pak Jokowi kembali ke kediamannya, saya terus ke Pacitan dengan bus. Sedangkan Ibu Megawati melanjutkan perjalanan ke Blitar untuk berziarah ke makam Bung Karno," ungkap SBY.
Mimpi SBY tersebut pun diterjemahkan Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat, Kamhar Lakumani.
Ia berpandangan, SBY ingin menyampaikan pesan, yakni semangat rekonsiliasi melalui silaturahmi politik.
“Saya pribadi menangkap bahwa semangat dan pesan yang ingin disampaikan Pak SBY dari cerita mimpi tersebut adalah semangat rekonsiliasi dalam bingkai silaturahmi politik kebangsaan,” kata Kamhar, Selasa (20/6/2023).
Menurut Kamhar, dalam kehidupan politik saat ini, silaturahmi tokoh-tokoh bangsa yang menjadi kunci dalam politik.
Pasalnya, dalam kehidupan politik masih diwarnai relasi patron klien.
Selain itu, semakin kompleksnya problematika kebangsaan yang dihadapi dan memasuki tahun politik menjelang Pilpres 2024, maka silaturahmi politik di level elite menjadi penting untuk menciptakan suasana yang kondusif, teduh, dan menyejukkan.
“Kita tak ingin mengulang kembali dinamika politik dalam tensi yang terlalu tinggi dan panas seperti pada 2019 yang lalu,” ucap Kamhar
“Jika kembali berulang, bukan tidak mungkin akan melampaui daya tenggang kita sebagai bangsa yang pada gilirannya merobek tenun kebangsaan,” kata Kamhar
Kamhar kembali menekankan semangat yang ingin disampaikan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, bahwa rekonsiliasi akan menjadi fondasi hubungan yang kokoh dan kondusif untuk terbangunnya kolaborasi dan sinergi seluruh elemen bangsa.
“Jadi pesan ini melampaui sekedar politik kontestasi 2024 mendatang, namun lebih dari itu, ini bagaimana mewujudkan Indonesia sebagai negara maju, Indonesia Emas 2045,” pungkas Kamhar. (Tribunnews.com/ taufik/ igman/ umam)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.