Pilpres 2024
Menakar Arah Politik PDIP dan PKB usai Kalah di Pilpres 2024, Jadi Oposisi atau Gabung Koalisi?
Kalah di Pilpres 2024, PDIP dan PKB bicara peluang jadi oposisi atau gabung koalisi Prabowo-Gibran
Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin langsung mengumpulkan sejumlah fungsionaris DPP PKB untuk menggelar rapat menanggapi putusan MK.
"Terjadi berbagai macam pandangan yang berbeda-beda, sangat seru bahkan dinamis. Kami tadi menyimpulkan bahwa ini dalam proses kita yang penting menyimpulkan bahwa kita berkomitmen terus memperjuangkan perubahan," ujar Cak Imin, ditemui di Kantor DPP PKB, Jakarta Pusat, Senin malam.
Baca juga: PKB Akui Kekalahan di Pilpres 2024, Cak Imin Ucapkan Selamat Untuk Kemenangan Prabowo
Sikap politik PKB ke depan masih terus didiskusikan di internal partai.
Cak Imin juga menyebut PKB akan menjalin komunikasi dengan partai politik lain.
"Soal di dalam maupun di luar diskusi masih berlanjut. Tunggu saja perkembangan lebih lanjut, terutama Dewan Syura minta waktu untuk diskusi dilanjutkan besok dan lusa," kata dia.
"Nah, oleh karena itu, pada posisi ini kita akan terus menampung seluruh pemikiran, pertimbangan dan berbagai perkembangan komunikasi-komunikasi yang internal maupun eksternalnya," tandasnya.
Kata Pengamat
Sementara itu, Guru Besar Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI), Lili Romli bicara kemungkinan PDIP bergabung ke pemerintahan Prabowo-Gibran.
Lili mengatakan, apabila ke depannya PDIP bergabung dengan pemerintahan Prabowo-Gibran, akan mengakibatkan kontraproduktif.
Terlebih, PDIP kerap melontarkan pernyataan tentang dugaan pelanggaran Pilpres 2024.
Megawati pun sempat mengajukan diri menjadi amicus curiae di MK.
“Saya kira ketika PDIP bergabung ke koalisi pemerintahan bisa memantik kontrakproduktif,” kata Lili dalam siaran Obrolan Newsroom di YouTube Kompas.com, Senin (22/4/2024).
Karena itu, Lili menganggap ironis jika akhirnya PDIP akhirnya bergabung ke pemerintahan Prabowo-Gibran.
Lili juga menilai PDIP tidak mempunyai nilai jual tinggi jika bergabung ke pemerintahan lima tahun ke depan.
“Ketika PDIP menjadi oposisi kan memberikan banyak keuntungan ketika dulu pada masa Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) gitu kan, 10 tahun,” ujar Lili.
“Yang kemudian PDIP menjadi pemenang, terus kandidatnya terpilih menjadi presiden. Jadi ada nilai jualnya, ketika PDIP bergabung (pemerintah Prabowo-Gibran) nggak ada lagi nilai jualnya,” tegas Lili.
(Tribunnews.com/Jayanti Tri Utami/Chaerul Umam/Fersianus Waku) (Kompas.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.