Minggu, 5 Oktober 2025

Pemilu 2024

Daftar Tokoh Inisiator Gerakan Jaga Pemilu, Kawal Pemilu 2024 Punya Integritas dan Bermartabat

gerakan Jaga Pemilu lahir dari semangat untuk memastikan Pemilu 2024 berlangsung secara bermartabat dan berintegritas.

Editor: Wahyu Aji
Rahmat Fajar Nugraha/Tribunnews.com
ILUSTRASI Bendera-bendera partai politik di Pemilu 2024. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Luky Djani selaku Sekretaris Komite Eksekutif Gerakan Jaga Pemilu mengatakan, gerakan Jaga Pemilu lahir dari semangat untuk memastikan Pemilu 2024 berlangsung secara bermartabat dan berintegritas.

Harapannya, hasil pemilu dan pemerintahan terpilih memiliki legitimasi politik secara tak terbantahkan.

Luky menjelaskan ide awal lahirnya gerakan Jaga Pemilu saat beberapa pegiat pro-demokrasi, aktivis sosial dan akademisi kemudian bertukar gagasan.

"Inisiator awal diantaranya Erry Riyana Hardjapamekas, Luky Djani, Natalia Subagjo, Ririn Sefsani, Titi Anggraini, Sulistyowati Irianto, Airlangga Pribadi, Wahyu Susilo, Rusdi Marpaung, Hadar Gumay, Arief Budiman, Ray Rangkuti, kemudian bersepakat untuk mengagas gerakan untuk pendidikan politik populer dan pemantauan pemilu seperti pada 1997 dan 1999 di akhir Orba dan awal reformasi," kata Luky saat dikonfirmasi Tribun, Minggu (19/11/2023).

Menurutnya, gerakan Jaga Pemilu adalah inisiatif terbuka bagi warga negara yang ingin proses tahapan pemilu berlangsung secara demokratis, jurdil dan damai.

"Nilai prinsip dari Jaga Pemilu adalah independen, imparsial dan Non-partisan," katanya.

Dia menjelaskan, gerakan ini menghimpun segenap relawan dengan menggunakan teknologi digital berupa platform pemantauan yang menjamin validitas dan kredibilitas data yang terkumpul.

"Temuan pelanggaran, penyimpangan kekuasaan dan ketidaknetralan aparatus dikurasi dengan metodologi pemantauan sesuai standar internasional," katanya.

Dirinya menambahkan, pendukung gerakan Jaga Pemilu terdiri dari beragam komponen masyarakat seperti pegiat demokrasi, pekerja sosial, akademisi, mahasiswa, seniman dan budayawan, komunitas sektoral, asosiasi usaha dan individu warga negara yang menyepakai nilai prinsip dari gerakan Jaga Pemilu.

"Para pendukung dan sukarelawan adalah individu yang tidak memiliki afiliasi pada peserta maupun penyelenggara pemilu," kata Luky.

Baca juga: Abraham Samad: Jika Kecurangan Terjadi di Pilpres, Demokrasi Hancur dan kembali ke Zaman Kegelapan

Para pendukung secara sukarela dan sadar bergabung dalam gerakan Jaga Pemilu, tanpa paksaan.

"Para pendukung juga menyepakati untuk bergabung untuk aktif sebagai pemantau dan penganjur pendidikan politik sesuai dengan kapasitas dan keahlian masing-masing," katanya.

Diberitakan sebelumnya, deklarasi Gerakan Jaga Pemilu akan dilakukan pada Selasa (21/11/2023) mendatang.

Konferensi pers tersebut rencananya digelar di Hotel JS Luwansa pada pukul 15.00 WIB.

Berdasarkan undangan yang diterima Tribunnews.com pada Minggu (19/11/2023) gerakan tersebut menyoroti putusan Mahkamah Konstitusi serta perkembangan politik dan hukum belakangan ini yang dinilai semakin memprihatinkan.

"Keberlangsungan demokrasi Indonesia ke depan, khususnya pada penyelenggaraan Pemilu 2024 mendatang, menjadi pertaruhan besar bagi bangsa ini," tulis undangan yang terkonfirmasi pada Minggu (19/11/2023).

Hingga saat ini sekurangnya 79 tokoh lintas bidang yang mendukung gerakan tersebut.

Namun demikian terdapat keterangan yang menyatakan pendukung gerakan tersebut masih akan terus bertambah.

Para pendukung gerakan tersebut di antaranya Abigail Limuria (Co-initiator BijakMemilih dan Co-founder What Is Up, Indonesia), Dr. Afrizal Tjoetra (sosiolog FISIP USU), Dr. Airlangga Pribadi (Dosen FISIP Unair, kolumnis), Prof. Dr. Akmal Taher (ahli bedah, mantan Dirut RSCM), Amiruddin Al Rahab (mantan Komisioner Komnas HAM), Andhyta F. Utami (Co-founder ThinkPolicy dan Co-initiator BijakMemilih), Andriko Otang (Direktur Eksekutif TURC), Anton Supit (pengusaha), Anwar Saragih, MA (dosen FISIP USU), Arianto Sangaji (akademisi, ahli ekonomi pertambangan, Sulteng).

Prof. Dr. Arif Satria (Rektor IPB), Arief Budiman (mantan Ketua KPU), Arief T. Surowidjojo (pengacara senior), Dr. A. Prasetyantoko (ekonom, mantan Rektor Unika Atmajaya), Bakti Nusa Madani (Komisaris Daerah PP PMKRI), Bambang Harymurti (mantan Pemred Tempo), Benny Sutrisno (pengusaha), Bivitri Susanti (ahli hukum tata negara, pendiri PSHK), Prof. Dr. Budi Setiyono (mantan Wakil Rektor III Undip), Chandra Hamzah (mantan Komisioner KPK).

Clara Joewono (akademisi, Direktur CSIS), Dira Sugandi (penyanyi, aktris), Elis Nurhayati (pakar komunikasi, peneliti UIII), Erry Riyana Hardjapamekas (mantan Komisioner KPK), Dr. Fachrizal Affandi (dosen FH Univ. Brawijaya), Dr. Fajar Nur Sahid (Dosen FISIP UPN Veteran Jakarta), Goenawan Mohamad (sastrawan, perupa), Gunawan Primasyta (influencer, aktivis perdamaian Poso, Sulteng), Nur Safitri Lasibani (Direktur Sikola Mombine (Women Political School) Sulteng), Hadar Gumay (mantan Komisioner KPU).

Prof. Dr. Harkristuti Harkrisnowo (guru besar FH UI), Henny Supolo (pendidik, pendiri sekolah Al-Izhar), Herman N. Suparman (Direktur Eksektutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD), Prof. Dr. Ida Bagus Wyasa Putera (Univ. Udayana, Bali), Dr. Ida Ruwaida (sosiolog FISIP UI), Inayah Wahid (Gus Durian, putri KH Abdurrahman Wahid), Joe Kamdani (pengusaha), Dr. Karlina Supelli (astronomer, ITB), Kemal A. Stamboel (mantan Ketua Komisi I DPR RI).

Karen Tambayong (pengusaha), Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (agamawan, mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah), Luhut MP Pangaribuan, SH (pengacara senior), Dr. Luky Djani (mantan Wakil Koordinator BP ICW), Lutpi Ginanjar (Founder/CEO Smeshub), Dr. Mada Sukmajati (pakar kebijakan publik Fisipol UGM), Prof. Dr. Manneke Budiman (guru besar sastra FIB UI), Prof. Dr. Marcus Priyo Gunarto (guru besar FH UI), Dr. Maskawati (pakar hukum tata negara, Institut Agama Islam Negeri Bone), Melki Sedek Huang (Ketua BEM UI), Metta Dharmasaputra (Co-founder KataData).

Dr. Meuthia Ganie-Rochman (sosiolog FISIP UI), Dr. Mudiyati Ahmad (Wakil Dekan FISIP Unpad), Prof. Dr. Multamia Lauder (ahli topomimi, guru besar FIB UI), Natael Bremana WB (Ketua Presidium PMKRI Semarang), Natalia Soebagjo (aktivis, Transparency International), Nur Safitri Lasibani (Direktur Sikola Mombine (Women Political School) Sulteng), Olga Lydia (aktris, produser film), Otto Syamsudin Ishak (mantan Komisioner Komnas HAM), Poltak Hotradero (ekonom, analis pasar modal), Ray Rangkuti (aktivis, pengamat politik).

Baca juga: Puluhan Tokoh dari Eks Komisioner KPK hingga Mantan Rektor akan Ikut Deklarasi Gerakan Jaga Pemilu

Rene L. Pattiradjawane (jurnalis senior), Ririn Sefsani (aktivis HAM, Ketua Dewan Pembina YLKI), Prof. Dr. Rosari Saleh (guru besar FMIPA UI), Rudy Wanandi (pengusaha), Rusdi Marpaung (pengacara, Pendiri Imparsial), Dr. Sandra Hamid (aktivis, The Asia Foundation), Shaivannur (pegiat sosial Aceh), Prof. Dr. Sulistyowati Irianto (guru besar FH UI), Prof. Dr. Susi Dwi Harijanti (guru besar FH Unpad), Suzie Sudarman, MA (pakar hubungan internasional FISIP UI).

Titi Anggraini (Anggota Dewan Pembina Perludem, ahli hukum tata negara FHUI), Toto Sugiri (pengusaha teknologi), Tunggal Pawestri (Aktivis HAM, Direktur Eksekutif Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial).

Wahyu Susilo (Direktur Eksekutif Migrant Care), Wenseslaus Manggut (jurnalis senior, mantan Ketua Umum AMSI), Dr. Widodo Dwi Putro (ahli filsafat hukum Universitas Mataram NTB), Dr. Willy Purna Samadi (dosen FISIP UPN Veteran Jakarta), Yaury Tetanel (pegiat inklusi sosial), dan Dr. Zainal Arifin Mochtar (Direktur Pusat Kajian Anti-Korupsi FH UGM).

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved