Jumat, 3 Oktober 2025

Pengamat: Baju Garis-garis Ganjar Serupa dengan Tren Baju Kotak-kotak Jokowi di Pilkada DKI 2012

Philips J Vermonte mengatakan setiap calon pemimpin harus mencari autentisitas sebagai penandanya di hadapan pemilih.

WARTA KOTA/WARTA KOTA/YULIANTO
Bakal calon presiden dari PDI Perjuangan Ganjar Pranowo (tengah) menghadiri Silaturahmi 1 Muharam 1445 H Relawan Pendukung Ganjar Pranowo di Kawasn Senayan, Jakarta, Rabu (19/7/2023). Ganjar menyampaikan agar relawan siap memenangkan dan dikomandoi Ganjar pada Pilpres 2024 supaya dapat melanjutkan program Presiden Joko Widodo. Warta Kota/YULIANTO 

Laporan wartawan Tribunnews, Ibriza Fasti Ifhami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Philips J Vermonte mengatakan setiap calon pemimpin harus mencari autentisitas sebagai penandanya di hadapan pemilih.

Hal ini terkait calon presiden yang diusung PDI Perjuangan Ganjar Pranowo memamerkan baju   motif garis-garis vertikal berwarna hitam putih di hadapan para relawannya.

Konteks baju sebagai simbol penanda itu, menurut Philips, serupa dengan apa yang dilakukan Joko Widodo (Jokowi) melalui baju kotak-kotaknya, di Pilkada DKI 2012.

"Yang lebih autentik dilakukan Pak Jokowi di 2012. Belakangan kan ada yang berusaha juga, bukan hanya Pak Jokowi, Ganjar berupaya," kata Philips kepada awak media saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, dikutip Jumat (21/7/2023).

"Poinnya Pak Jokowi bukan kotak-kotak atau garis-garis tapi autentisitasnya," sambungnya.

Baca juga: Pengamat Sebut Baju Garis-garis Ganjar Pranowo Sebagai Bentuk Autentikasi

Philip menjelaskan calon pemimpin membutuhkan penanda.

Sebab masyarakat memiliki keterbatasan untuk mengenali setiap calon.

Tak hanya sebagai penanda, menurutnya, politik baju tersebut juga bisa memberikan efek.

"Kalau dilakukan secara masif mungkin orang ini juga kan, baju kotak-kotak itu selain jadi penanda, juga bisa ada efek," ucap Philips.

Ia menjelaskan politik baju tersebut berpotensi memberikan efek deteren terhadap lawan politik.

"Kekhawatiran nih di hari H pencoblosan ada kecurangan atau ada misalnya usaha menghalangi masuk TPS (tempat pemungutan suara). Ketika orang ramai-ramai pakai baju kotak-kotak, siapapun yang merencanakan (penghalangan masuk TPS) akan merasa, 'wah ini banyak sekali lawannya'. Ada efek deteren," jelasnya.

Meski demikian, Philip mengatakan penggunaan baju sebagai penanda tersebut saat ini lebih dipandang sebagai gimmick politik.

"Sekarang kan lebih ke gimmicknya. Seiring waktu berjalan saya pikir mungkin akan banyak juga (melakukan strategi politik baju)," ucap Philips.

Sebagai informasi, Ganjar Pranowo mamerkkan bajunya saat menghadiri acara Silaturahmi 1 Muharram 1445 H di Wisma Serbaguna, Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Rabu (19/7/2023) lalu.

Gubernur Jawa Tengah itu mengaku ada peran Presiden Joko Widodo (Jokowi) di balik kemeja yang dikenakannya.

Capres Ganjar mengatakan, baju garis lurus yang ia kenakan saat itu merupakan hasil rancangan Jokowi.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved